Banyak tim merasa sudah bekerja optimal hanya karena proses berjalan lancar setiap hari. Padahal, dalam rutinitas yang terlihat stabil itu, sering tersembunyi berbagai bentuk pemborosan (waste) yang tidak disadari—karena dianggap sebagai bagian normal dari pekerjaan.

Masalah yang Sering Terjadi

Salah satu kesalahan umum di shopfloor adalah menyamakan kesibukan dengan produktivitas. Tim mungkin terlihat sibuk—mengisi laporan, berpindah tempat, menunggu giliran, atau memeriksa ulang hasil kerja. Tapi jika ditanya: “Apakah semua aktivitas itu memberikan nilai tambah?”, jawabannya belum tentu.

Hal-hal seperti:

  • Jalan jauh mengambil alat
  • Mengisi data berulang di dua sistem
  • Menunggu instruksi dari atasan
  • Melakukan pengecekan yang seharusnya bisa dicegah di awal

Semua ini adalah waste. Tapi karena berlangsung setiap hari, mereka jadi tidak terlihat. Akibatnya, waktu dan energi tim habis untuk kegiatan yang sebenarnya tidak memberi nilai tambah bagi pelanggan.

Kenapa Waste Ini Sulit Dikenali

Karena sudah jadi kebiasaan. Karena tidak ada waktu berpikir. Karena tidak ada ruang diskusi. Dan yang paling utama: karena tidak ada keberanian bertanya “kenapa kita lakukan ini?”

Tim di lapangan sebenarnya tahu ada ketidakefisienan. Tapi jika tidak dibiasakan untuk berpikir kritis atau tidak punya forum untuk bicara, maka pemborosan ini dibiarkan terus berlangsung.

Peran Budaya dan Kepemimpinan

Waste tersembunyi hanya bisa diungkap lewat:

  • Budaya continuous improvement
  • Pemimpin yang membuka ruang dialog (bukan hanya memberi instruksi)
  • Alat bantu sederhana seperti Gemba Walk, daily meeting, dan pemetaan aktivitas

Tapi alat tidak akan bekerja jika mindset tidak dibentuk. Tanpa budaya mempertanyakan status quo, pemborosan akan tetap tersembunyi di balik rutinitas.

Mendeteksi pemborosan bukan soal mencurigai tim, tapi soal membangun keberanian kolektif untuk bertanya: “Apakah ini benar-benar perlu?” dan “Apa yang bisa kita lakukan lebih baik hari ini?”

Perubahan besar tidak selalu butuh investasi besar. Seringkali, itu dimulai dari menghilangkan satu langkah kecil yang ternyata tidak perlu—dan hanya bisa dilihat jika kita mau berhenti sejenak, dan benar-benar mengamati proses.

Baca juga  Small Group Activity: Cara Efektif Menggerakkan Perubahan dari Bawah

Artikel ini merupakan pengembangan dari e-book “Belajar Lean” karya Riyantono Anwar (2015)