GM menghadapi masa-masa sulit setelah bangkrut pada 2009. Perusahaan beberapa kali menarik produk secara besar-besaran di Amerika Utara. Jumlahnya lebih dari 30 juta mobil. GM membukukan pendapatan bersih kuartal II sebesar $278 juta bulan lalu. Pendapatan turun 80% dari setahun sebelumnya. Hanya pasar di Cina dan Amerika Utara yang memetik laba.
Karena beberapa alasan tersebut, akhirnya General Motors Co (GM) merombak model bisnis internasional mereka.
Produsen mobil asal Amerika Serikat itu mengubah proses produksi luar negeri guna menangkal kerugian di pasar berkembang yang penting, termasuk India dan Asia Tenggara, kata petinggi perusahaan.
“Saat ini, kami memiliki program produk yang terlalu beragam,” papar Stefan Jacoby, kepala operasi internasional GM. Pernyataannya tersampaikan dalam wawancara Jumat silam di kantor baru perusahaan di Singapura. Area yang menjadi tanggung jawabnya sekitar 100 negara maju dan berkembang, kecuali Cina, Rusia, Eropa, dan Amerika Selatan.
Jacoby, yang baru satu tahun bekerja di GM, sudah puluhan tahun memimpin produsen mobil global. Seperti, pengalaman terdahulunya yang menjadi chief executive Volvo.
Dibawah kepemimpinan Jacoby, produsen mobil terbesar ketiga dunia berdasarkan penjualan itu berharap bisa merombak diri di pasar asing. Beberapa caranya antara lain berfokus pada produk Chevrolet, dengan merampingkan proses produksi dan jumlah model, serta merestrukturisasi rantai pasokan.
Namun, Jacoby memperingatkan kalau sejumlah pasar yang dipimpinnya kemungkinan masih jauh dari laba.
Ia mencontohkan India sebagai satu pasar dengan banyak variasi produk GM. Di sana, GM memproduksi tujuh model menggunakan enam sistem atau arsitektur komponen. “Pola ini benar-benar tidak efisien,” katanya.
Menurut Jacoby, tujuan utama hingga akhir dekade ini adalah memiliki satu arsitektur inti, juga membentuk beragam rancang badan mobil dari dasar yang sama.
Artinya, GM akan mencabut beberapa “model warisan” di sejumlah pasar. Tapi Jacoby tak memberikan contoh. GM tidak berkomentar soal strategi produk masa depan, kata juru bicara perusahaan.
Perampingan produksi seperti itu banyak diterapkan dalam industri otomotif sepanjang dekade lampau. Beberapa perusahaan, seperti Nissan Motor Co, Volkswagen AG, dan Ford Motor Co merancang beragam model mobil berdasarkan platform yang jumlahnya sedikit. Praktik semacam itu memungkinkan mereka meraih skala produksi yang lebih besar.
Jacoby mengakui beberapa tantangan di pasar-pasar menjanjikan Asia, termasuk Asia Tenggara. Program mobil hijau, seperti di Thailand dan Indonesia, mendukung pertumbuhan GM. Namun, Jacoby menambahkan Asia Tenggara “tampak bagus di atas kertas” tapi jika berbicara kebijakan non-tarif, semua semakin ketat.
Jacoby berharap GM International bisa kembali untung “secepat mungkin”.***
sumber:ThewallstreetjournalIndonesia