Lean Six Sigma didefinisikan sebagai serangkaian tool dan teknik yang kuat yang dapat membantu organisasi meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka. Secara sederhana, Six Sigma berarti ukuran kualitas yang mendekati kesempurnaan. Metode yang dikembangkan pertama kali oleh Motorola pada tahun 1986 ini telah dirancang untuk menciptakan suatu infrastruktur khusus dalam suatu organisasi.

Keberhasilan penerapan metode Lean Six Sigma ini adalah karena berfokus pada nilai pelanggan atau timbale balik klien ketika mereka membeli produk atau jasa. Pendekatan ini akan berhasil baik ketika telah menjadi bagian dari budaya perusahaan, nilai-nilai inti, kepercayaan dan proses yang mendefinisikan organisasi. Untuk memastikan metode ini diterapkan dari atas ke bawah, Lean Six Sigma meminjam sistem penilaian dari Karate. Level dari Sigma adalah peringkat yang ditentukan oleh belt colours. Terdapat empat level tingkatan dari pelatihan Lean Six Sigma – Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, dan Master Black Belt.

Yellow Belts diberikan pelatihan mengenai dasar-dasar dari Lean Six Sigma, dan penggunaan metodologinya untuk melakukan perbaikan kinerja pada masing-masing tim. Green Belt Six Sigma bertanggung jawab untuk mengatasi perubahan dalam bisnis serta mengambil tanggung jawab yang lain. Black Belt berarti kelancaran dalam penggunaan pendekatan Lean Six Sigma berikut semua tools yang digunakan, yang memungkinkan untuk melakukan perubahan dalam perusahaan dan mampu memberikan transformasi yang efisien di seluruh organisasi. Master Black Belt adalah kelas tertinggi dalam Lean Six Sigma, biasanya bertugas untuk mengidentifikasi area bisnis dimana perbaikan total dapat dilakukan dan menghilangkan semua hambatan dalam pelaksanaannya.

Beda Lean Six Sigma dengan Lean Manufacturing

Untuk mempermudah pemahaman mengenai Lean Six Sigma, langkah awal yang perlu dilakukan adalah memisahkan kata ‘Lean’ dan ‘Six Sigma’. Lean berfokus terutama pada efisiensi dan penghapusan limbah, sedangkan Six Sigma menargetkan kualitas dan konsistensi.

Baca juga  12 Prinsip Agile 

Six Sigma fokus membahas kualitas dan konsistensi. Juga mengukur dan mengkalibrasikan apakah suatu proses operasional sesuai dengan harapan pelanggan. Untuk merealisasikannya, perlu ditetapkan target dan pengukuran hasil akhir terhadap target yang ditetapkan.

Misalnya, jalur perakitan suatu perusahaan otomotif yang harus memenuhi standar industry yang telah disepakati. Bukan hanya itu saja, tetapi juga harus mampu melakukan perbaikan melalui proses quality control, yang memverifikasi bahwa sebuah mobil yang akan meluncur ke pasaran adalah mobil yang hamper sempurna.

6 Prinsip Lean Six Sigma Dukung Improvisasi Bisnis

Lalu apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam penerapan Lean Six Sigma terhadap organisasi? Agar suatu bisnis berhasil mencapai peningkatan dalam segala hal, berikut adalah 6 prinsip Lean Six Sigma yang harus diterapkan dalam perusahaan dan organisasi.

  1. Semua hasilnya ditentukan dari input dengan tingkatan tak tentu.
  2. Berfokus pada input untuk meningkatkan hasil, melakukan modifikasi, dan kontrol.
  3. Perhatikan bahwa variasi memungkinkan terjadinya kerusakan konsistensi kinerja. Lean Six Sigma yang profesional harus mampu mengidentifikasi adanya variasi atau keragaman dan menguranginya sesegera mungkin.
  4. Perbaikan hanya mampu tercapai dengan pengukuran dan data pendukung yang valid.
  5. Konsentrasi pada beberapa kritik, karena hanya beberapa kritik penting yang memiliki dampak yang signifikan terhadap output.
  6. Setiap keputusan membawa unsure resiko, yang harus dikalibrasikan secara hati-hati terhadap dampak dari pembuatan keputusan tersebut.

Sumber: The Leadership Network