Pasca diterbitkannya aturan pembatasan BBM bersubsidi, khususnya solar, ternyata menuai perseteruan antar dua perusahaan tanah air yang sama-sama pernah masuk daftar jajaran 500 perusahaan dengan pendapatan tertinggi dunia atau Fortune 500, Pertamina dan PLN.

Terjadinya perseteruan antara Pertamina dan PLN terkait karena harga jual solar untuk pembangkit listrik menyebabkan Pertamina merugi 45 juta dollar AS. Hal ini bisa saja membuat Pertamina tidak lagi menyuplai solar ke PLN. Jika hal tersebut dilakukan, maka listrik seluruh Indonesia terancam padam.

Menanggapi perselisihan tersebut, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menilai bahwa perselisihan itu akan merugikan.

“Silakan saja (berseteru), kita sudah sumpek juga (akan masalah itu),” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Pendistribusian dan Logistik, Natsir Mansyur di Jakarta Rabu (6/8/2014), seperti dikutip Kompas.com.

Dia menjelaskan, persoalan di tubuh PLN menurutnya memang sudah terlalu banyak, bahkan jika perselisihan terus terjadi, sektor industripun akan terkena imbasnya. Oleh karena itu, untuk menjaga pasokan listrik untuk industri, Kadin mengusulkan agar PLN membentuk anak perusahaan sendiri untuk menyalurkan listrik khusus untuk daerah-daerah industri.

Sebelumnya, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya menjelaskan, sebenarnya Direktur Utama PLN dan Pertamina sudah bertemu untuk membicarakan masalah ini. Namun, Hanung mengaku bahwa pertemuan tersebut hanya menghasilkan kesepakatan untuk kembali menghitung harga jual BBM dari Pertamina ke PLN.

“Persoalan PLN terlalu banyak bos. Pertamina juga ke depan ini harus terus bangun kilang minyak. PLN harus lebih baik lagi. Untuk industri, jadi kita mau minta PLN untuk buat seperti anak perusahaan yang khusus memasok listrik kepada industri saja,” kata Natsir.***RR/RW

Baca juga  Selamat Tahun Baru 2025, Excellent People!