Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perlu dilakukan perbaikan kinerja tim ekonomi Kabinet Kerja melihat data pertumbuhan ekonomi kuartal II yang melambat. Perbaikan kinerja salah satunya bisa dilakukan dengan koordinasi tim ekonomi yang lebih baik.
Kendati demikian, Kalla menilai pelambatan pertumbuhan ekonomi kuartal II lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal dibandingkan dengan kinerja kabinet.
“Ini faktor luar lebih banyak dibandingkan faktor dalam. Jadi kalau faktor eksternal itu, siapa pun menteri ekonominya tidak banyak (memengaruhi), tetapi memang perlu perbaikan kinerja. Perbaikan kinerja tentu lebih efektif, lebih bagus perencanaan, koordinasi lebih baik, itu yang kita jalankan,” kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (8/3/2015).
Mengenai kemungkinan perombakan kabinet atau reshuffle, Wapres menilai penggantian menteri tidak menjamin kondisi ekonomi nasional bisa langsung membaik, karena kondisi perekonomian global yang tengah goyah. Wapres juga berpendapat bahwa pelambatan pertumbuhan ekonomi kuartal II tidak terlalu signifikan.
Indonesia disebut Kalla masih beruntung jika dibandingkan dengan negara lain yang turut terkena imbaas pelemahan ekonomi dunia.
“Boleh dibilang turun pun turun sedikit, katakanlah sama cuma beda 0,03. Jadi memang kuartal II ini proyek-proyeknya baru mulai, kemudian suasana ekonomi dunia ya memang tengah melemah,” kata dia.
Meskipun begitu, Kalla mengakui bahwa pencapaian kuartal II ini belum sesuai target. Diperlukan upaya lebih keras untuk meningkatkan produktivitas, investasi, serta penyerapan anggaran pemerintah.
“Seperti setiap hari, proyek-proyek pemerintah dipercepat, lebih diefektifkan, penanaman modal juga dipercepat, kemudian hasil industri lokal untuk pemerintah juga diefektifkan kemudian juga tentu ekspor kita dorong untuk pasar-pasar lain,” tutur Kalla.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan-II 2015 mencapai 4,67 persen secara tahunan. Angka itu lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan-I 2015, yakni 4,72 persen, dan triwulan II-2014, yakni 5,03 persen.
BPS menyebutkan, pertumbuhan pada triwulan II melambat karena dipicu masih rendahnya harga berbagai komoditas, baik migas maupun nonmigas. Misalnya, harga gandum, harga beras, kedelai, kopi, ikan, dan gula cenderung menurun pada triwulan kedua. Harga batu bara, gas, biji besi, uranium, dan timah juga mengalami penurunan secara global.
Pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia cenderung stagnan, bahkan melemah, seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,9 persen pada triwulan-I 2015 menjadi 2,3 persen pada triwulan-II 2015, serta Tiongkok yang stagnan pada posisi pertumbuhan 7 persen. Selain itu, ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait dengan ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate juga menjadi penyebab lemahnya kondisi ekonomi.***
Sumber: kompas.com