Menjelang akhir 2016, sejumlah perusahaan nasional mendapatkan berbagai penghargaan, apresiasi dari media massa, pemerintah dan asosiasi atas capaian efisiensi industri. Majalah SHIFT sebagai operational excellence guide memberikan penghargaan kepada perusahaan atas capaian efisiensi industri di tiga kategori, manufaktur, service dan mining and energy. Di kategori manufaktur perusahaan yang berhasil mencatatkan keuntungan dari efisiensi proses antaralain PT. Astra Daihatsu Motor, PT. Chandra Asri Petrochemical dan PT. Century Batteries Indonesia.
Kategori service antara lain PT. Astra International Tbk – Honda, PT. Mandiri Axa General Insurance dan Kalla Group. Sementara di kategori Mining & Energy ada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, dan PT. Freeport Indonesia. Semuanya mendapatkan gold achievement, sebuah bentuk apresiasi, simbol pencapaian tertinggi efiensi perusahaan melalui berbagai perbaikan industri.
SHIFT sengaja mengadakan event tahunan Operational Excellence Conference and Award (OPEXCON) untuk mengikuti dinamika perusahaan nasional melakukan perbaikan industri melalui berbagai metode. Menurut Patrick Adhiatmadja, Direktur Utama PT Federal Lubricants, operational excellence (opex) menentukan daya saing sebuah perusahaan. Opex memiliki definisi sebagai cara yang benar meningkatkan produktivitas, bukan praktik cost cutting.
“Kita melihat continuous improvement sebagai core value, tak sebatas slogan tapi meneruskannya menjadi action dan code of conduct,” tuturnya. Federal Lubricants merupakan salah satu perusahaan asli Indonesia yang berhasil mencapai penjualan 40 juta liter oli pada 2011 dan terus meningkat hingga kini.
Perusahaan yang berada dalam holding company MPM memiliki tradisi perbaikan industri, bahkan continuous improvement menjadi salah satu kredo organisasi. Perbedaan mendasar pengertian operational excellence dan praktik cost cutting terletak pada kontribusi opex terhadap keuntungan perusahaan, mengurangi gross profit.
Sementara cost cutting diimplementasikan mengurangi biaya operasional yang mempengaruhi harga pokok produksi. Tak jarang praktik cost cutting berisiko mengurangi kualitas sebuah produk atau layanan. Bisa jadi perusahaan melakukan cost cutting mengurangi biaya operasional saat sales volume tak mencapai target atau secara umum harga produk atau layanan kurang kompetitif.
Sebaliknya opex beserta metode peningkatan produktivitas diimplementasikan pada saat situasi perusahaan berada dalam kondisi “untung”, bahkan menjadi market leader. Sehingga perbaikan di segala situasi kerap disebut perbaikan berkelanjutan atau continuous improvement. Pun, perbedaan mendasar lain, opex membutuhkan metode tertentu untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya operasional tanpa harus menurunkan kualitas produk atau layanan.
Perusahaan-perusahaan yang berhasil memenangi ajang efisiensi industri 2016 lantaran mampu menerapkan metode efisiensi secara tepat, memaksimalkan sumberdaya, berkontribusi pada keuntungan perusahaan dan menciptakan daya saing industri. Pun, opex tak akan pernah berdampak pada turunnya kualitas produk atau layanan, lantaran biaya operasional berkurang. Anda pilih yang mana? []