Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang saling terintegrasi antara negara-negara Asia Tenggara di pengujung tahun ini, ANZ melakukan sebuah penelitian tentang tantangan dan peluang ASEAN di kancah perekonomian global. Dalam laporan penelitannya yang berjudul “ASEAN The Next Horizon“ itu, ANZ mengungkapkan bahwa ASEAN akan menjadi pusat utama manufaktur dunia.
Menurut Glenn Maguire, Chief Economist South Asia, ASEAN and Pacific ANZ, ASEAN memiliki banyak keunggulan yang dapat menarik banyak perusahaan untuk membangun basis produksi di ASEAN, di antaranya jumlah tenaga kerja dari usia muda yang cukup banyak serta lokasi yang strategis. Menurutnya lagi, dengan memperkuat daya tarik ASEAN menjadi kawasan ‘pabrik baru’ manufaktur, defisit infrastruktur ASEAN yang besar akan tertutupi.
“Berdasarkan penelitian kami, Indonesia akan berperan penting sebagai pemimpin utama pembangunan ASEAN dan secara ekonomi yang akan paling dominan. Meski memiliki potensi yang besar, Indonesia tidak bisa mengambil tongkat kepemimpinan begitu saja di ASEAN, perlu ada koordinasi yang matang dari segi ekonomi dan politik antara sesama negara ASEAN,” Glenn melaporkan di depan wartawan di Hotel Intercontinental (7/4).
Dalam laporan tersebut, ada beberapa poin penting menyangkut pertumbuhan ekonomi dan investasi, di antaranya: ASEAN akan diprediksi sebagai mesin pertumbuhan ke-3 di Asia dan akan menjadi ekonomi terbesar ke 5 di dunia pada akhir dekade ini. Pertumbuhan PDB tahunan dapat meningkat sebesar 6-8%, diprediksikan pula pada tahun 2025 perdagangan intra-ASEAN tumbuh hingga US$ 1 triliun dan ektra-ASEAN dengan negara G4 mencapai US$ 3,7 triliun. Dan yang terakhir investasi asing dari negara G4 akan mencapai US$ miliar di tahun 2025.
Terkait investasi, Joseph Abraham CEO ANZ Indonesia menyatakan Indonesia memiliki 40% dari PDB ASEAN dan termasuk dari anggota G20, sehingga potensi Indonesia menjadi pusat manufaktur dan logistik di ASEAN sangat memungkinkan. Untuk itu, dia menuturkan pembenahan infrastruktur sangat diperlukan agar merangsang pertubuhan investasi yang baik di Indonesia.
“Sebagai industri perbankan international, sejak 5 tahun yang lalu kami sudah mensupport Indonesia dalam pendanaan infrastruktur dan manufaktur dengan angka hingga US$ 30 triliun. Meski pelibatan perbankan masih kecil, saya rasa Indonesia harus terus meningkatkan kerjasamanya dengan perbankan. Karena segala pembangunan industri diperlukan pendanaan, dan industri perbankan sangat relevan sebagai partner pembangunan tersebut,” ungkap Joseph lagi.
Sejak kehadirannya di Indonesia pada tahun 1973 Australian and New Zealand Bank, ANZ sudah menciptakan 18.00 lapangan pekerjaan di Indonesia terhitung selama 6 tahun terakhir.***
Sumber: swa.co.id