Budaya “Diam Itu Emas” Bisa Jadi Racun Perusahaan

Di banyak organisasi, diam dianggap aman. Karyawan memilih tutup mulut saat melihat masalah. Operator tahu ada kesalahan di proses, tapi berpikir, “Bukan urusan saya.” Supervisor tahu ada pemborosan, tapi khawatir dicap cari muka kalau melapor ke atasan.

Padahal, dalam budaya kerja Lean, suara dari bawah justru paling penting. Tim yang hebat bukan yang selalu menurut, tapi yang berani bicara.

Lean Mendorong Transparansi, Bukan Kepatuhan Buta

Salah satu inti dari Lean manufacturing adalah menyingkap masalah sejak dini. Masalah hanya bisa disingkap kalau orang-orang berani menyuarakannya. Kalau seluruh tim hanya mengikuti instruksi tanpa refleksi, perbaikan tidak akan pernah terjadi.

Di banyak kasus, justru operator atau staf lapangan yang pertama kali melihat sinyal waste, kesalahan sistem, atau risiko kualitas. Kalau mereka diam, kerugian akan membesar seiring waktu.

Kenapa Orang Takut Bicara?

Beberapa alasan umum:

  • Takut dimarahi atau disalahkan
  • Tidak merasa suaranya akan didengar
  • Sudah pernah coba bicara, tapi diabaikan
  • Budaya organisasi menilai loyalitas sebagai “patuh diam”

Budaya seperti ini bisa membuat masalah operasional jadi bom waktu.

Cara Membangun Tim yang Berani Bicara

1. Hilangkan Budaya Cari Kambing Hitam

Kesalahan adalah peluang belajar. Bukan alasan menghukum.

2. Lakukan Gemba Walk Dengan Pertanyaan, Bukan Arahan

Buka obrolan dengan pertanyaan seperti: “Apa kesulitan hari ini?”, bukan “Kenapa ini belum beres?”

3. Tunjukkan bahwa Ide Dianggap Serius

Ambil satu ide dari operator, eksekusi, dan tampilkan hasilnya. Ini sinyal bahwa suara mereka punya arti.

4. Reward Keberanian Bicara, Bukan Kepatuhan Diam

Tim yang bicara harus dipuji, bahkan saat mereka menyampaikan kritik.

Baca juga  Kaizen: Perbaikan Kecil yang Ujungnya Besar

5. Bangun Forum Komunikasi Dua Arah

Stand-up meeting, improvement board, atau sesi refleksi mingguan.

Tim Hebat Adalah Tim yang Terlibat

Dalam sistem kerja Lean, tim bukan mesin eksekusi, tapi mitra berpikir. Mereka adalah “sensor” paling tajam terhadap apa yang benar-benar terjadi di lapangan. Dan hanya dengan suara mereka, perbaikan yang berkelanjutan bisa terjadi.

Jadi, tanya ke diri sendiri dan ke tim Anda:
Apakah kita menciptakan ruang untuk bicara? Atau hanya mengajarkan diam?

Artikel ini merupakan pengembangan dari e-book “Belajar Lean” karya Riyantono Anwar (2015)