Permasalahan yang sering terjadi pada banyak perusahaan terkait sumber daya manusia adalah kurangnya rasa ownership atau kepemilikan dari masing-masing individu di dalamnya. Sehingga, terkadang mereka tidak begitu memperdulikan hal-hal kecil diluar kondisi normal yang jika didiamkan saja, sebenarnya bisa jadi masalah.
Jika setiap orang dapat mengidentifikasi suatu keadaan yang abnormal atau tidak biasa dalam proses bisnis yang biasa mereka lakukan, hal tersebut dapat berdampak pada peningkatan kinerja organisasi dan tentunya profitabilitas.
“Orang yang bisa memecahkan masalah memang diperlukan, tapi orang yang bisa mengenali masalah lebih diperlukan.”
Seperti itulah yang dijelaskan Budi Darmawan, trainer dalam pelatihan “Uncover The Secret of Lean Six Sigma” yang diadakan oleh SSCX International pada 9-10 April di Best Western Hotel, Cawang Jakarta Selatan.
Pelatihan yang diadakan selama dua hari tersebut bertujuan tidak hanya membuat peserta memahami apa itu lean six sigma, tapi juga mengajak peserta untuk lebih peka dalam mengidentifikasi keadaan-keadaan yang abnormal. “Makanya tadi di tahap awal pembelajaran, kami cenderung menstimulasi peserta untuk menemukan improvement-improvement sederhana, yang mungkin bisa dilakukan di sekitar area nya mereka masing-masing. Jadi sense to finding abnormal conditions itu bisa lebih sensitif lagi,” papar Budi.
Inilah yang membedakan training “Uncover The Secret of Lean Six Sigma” dengan training lainnya. Sehingga ada beberapa alasan mengapa peserta memilih mengikuti training ini.
Seperti yang disampaikan oleh Upiek Farli Yuliana dan Hadrian Eddy Yunus, peserta dari Bank ANZ yang mengatakan training ini cukup berbeda dari training lainnya. “Kalau di training lainnya itu kita butuh karena memang basic ilmu di perbankan untuk mendukung pekerjaan, tapi kalau training ini kita jadi lebih mikirin improvement apa sih yang bisa kita lakukan agar kerjaannya bisa lebih efektif dan efisien.”
Selain itu menurut Abdul Rofiq, peserta dari Darya Varia Laboratoria, salah satu perusahaan farmasi di Indonesia mengatakan tujuan dia mengikuti pelatihan ini adalah untuk mempelajari teknik problem solving yang efektif. “Di kami itu waste biasanya terjadi di proses produksi. Banyak alumunium foil yang terbuang, padahal biayanya lumayan besar. Jadi, setelah saya mengikuti training, sepertinya apa yang saya pelajari ini akan langsung saya terapkan di tempat saya.”
Poin lainnya yang tidak kalah penting dalam training ini adalah pembahasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan sebuah projek bisa gagal. “Secret factor ini tidak kita bahas dalam training fundamental lean six sigma lainnya. Jadi, sebenarnya dari pelatihan ini peserta itu selain mengenal lean dan six sigma, mereka juga tahu apa saja faktor-faktor yang menyebabkan suatu projek itu bisa gagal sehingga harapannya mereka bisa antisipasi,” jelas Budi.
Salah satu peserta lain dari industri manufaktur di bidang pengolahan makanan dan minuman, Virly Roswita yang sudah dua kali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan SSCX ini mengatakan tujuan mengikuti training ini karena membutuhkan panduan dalam menjalankan projek six sigma.
“Kalau hanya mengejar produksi sajakan, itu hanya mencapai target, padahal sebenarnya kita bisa saving juga dari sisi proses. Apa lossnya, lalu kita coba reduce. Jadi, saya ikut training ini karena ingin tau bagaimana sih kalau kita ingin bikin projek six sigma. Sekarang sudah kebayang sih, kalau nanti mau bikin projek itu seperti apa.”
Inti dari pelatihan ini, tambah Budi adalah untuk memastikan bahwa semua peserta memahami konsep Lean Six Sigma. “Apa sih itu six sigma. Kemudian bagaimana cara menjalankannya, clue-cluenya apa, jadi, yang tadinya tidak tau, jadi tau, yang tadinya sudah menjalankan projek nya jadi tau bagaimana agar projek tersebut tidak gagal,” tutup Budi.***RR
Untuk informasi detail mengenai jadwal pelatihan lainnya yang akan diadakan oleh SSCX International, silahkan hubungi di 021- 5763020 atau email info@sscx.asia.