Saat ini menggunakan seat belt saat mengendarai mobil sudah menjadi hal biasa, setiap masuk ke mobil dan secara tidak sadar kita langsung mengenakan sabuk ini. Uniknya, butuh waktu lama untuk membuat pengemudi “mau” menggunakan sabuk yang “membatasi gerak mereka” dengan tujuan yang sangat mulia ini, yaitu menurunkan resiko kematian saat terjadi kecelakaan.

Peraturan kewajiban menggunakan seat belt saat mengendarai mobil sebenarnya sudah ada sejak 1994, tetapi baru tahun 2004-2005 seat-belt mulai sedikit dipaksakan lewat razia dan denda. Beberapa waktu kemudian, ini menjadi sebuah kebiasaan. Tanpa ada lagi pengawas.

Ternyata, prilaku dan kebiasaan bisa diubah! Sama dengan prilaku dan kebiasaan di dalam menjalankan proses, karena yang menjalankannya adalah sama-sama manusia. Perubahan prilaku ini selalu dimulai dengan pemahaman secara mekanis yaitu bagaimana menggunakan seat belt dan tujuannya apa, intinya cuma menjalankan instruksi.

Kemudian manusia akan masuk ke pemahaman akan mengapa dia perlu menggunakan seat belt dan dia akan mulai menyadari pentingnya seat belt. Kemudian masuk ke tahap berikutnya dimana dia akan sangat terbiasa dengan seat belt, dan selanjutnya di tahap tertinggi dia akan menjadi orang yang ambasador bagi perubahan orang lain atas prilaku tertentu.

Nah, di perusahaan, bukankah banyak juga prilaku yang harus diubah? Misalnya:

  • Menunda pekerjaan walaupun sudah melewati deadline
  • Membiarkan produk cacat lewat ke proses berikutnya
  • Tidak hadir tepat waktu di area kerja
  • Membiarkan pelanggan komplain tanpa tertangani dengan cepat

Sesuatu untuk dipikirkan, apa yang menurut Anda paling penting untuk memulai perubahan prilaku di perusahaan? Apakah punishment adalah sesuatu yang mutlak?

[colored_box color=”yellow”]Berikan pandangan singkat Anda di halaman ini “Leave Reply”.
Tiga jawaban paling menarik akan ditampilkan di Majalah Shift edisi berikutnya berikut profil singkat penjawab.[/colored_box]

Baca juga  4 Budaya Unik di Netflix, Wajib Tahu!