Operational Excellence merupakan tujuan dari hampir setiap perusahaan di seluruh dunia. Berbagai upaya perbaikan dilakukan untuk mewujudkannya. Jika Anda merupakan seorang penggemar topik dan metode business improvement untuk operational execllence, dan berencana untuk menjadikannya tujuan di perusahaan Anda, simaklah pembahasan akan kunci dan resep ampuh menuju operational excellence dari Freudenberg-NOK berikut ini.
Antara tahun 1992 hingga 2007, Freudenberg-NOK telah mengadakan lebih dari 35.000 Kaizen event dan proyek Six Sigma, yang telah menghasilkan penghematan sebesar lebih dari US$100 juta. Terlebih lagi, perusahaan tersebut mampu mengurangi work-in-process inventory lebih dari 80%, mendorong tingkat ppm rata-ratanya menjadi kurang dari lima dalam kurun waktu 15 tahun. Mereka juga berhasil menjalankan improvement secara berkelanjutan hingga saat ini.
Kesuksesan program continuous improvement di Freudenberg-NOK lebih dari sekedar proses lurus yang bermula di suatu hulu dan berakhir di sebuah hilir. Begitulah menurut pandangan Michael Heidingsfelder, wakil presiden operasional di perusahaan asal Amerika Serikat yang merupakan hasil joint venture antara Freudenberg Co. dari Jerman dan NOK dari Jepang. Heidingsfelder berbicara mengenai kunci sukses perusahaannya dalam melakukan continuous improvement pada konferensi MESA International 2010 North American, yang diselenggarakan pada tanggal 21-23 Juni 2010 di Dearborn, Michigan. Perusahaan tersebut memproduksi produk sealing dan vibration control.
Dalam presentasinya, eksekutif Freudenberg-NOK tersebut menggarisbawahi 18 rahasia sukses continuous improvement di perusahaannya. Kedelapan belas faktor tersebut tidak harus diikuti secara berurutan, karena mereka “Berkembang dari waktu-ke waktu,” kata Heidingsfelder.
Kedelapan belas kunci tersebut adalah:
1) Top down. Manajemen harus terlibat dalam setiap proyek Kaizen dan Lean Six Sigma. Manajemen harus memberikan sponsor dan fasilitas yang memadai.
2) Steering committee. Yaitu sekelompok eksekutif yang tugasnya memonitor perkembangan program improvement yang dijalankan dan memberikan tambahan sumber daya jika perlu.
3) Sumber daya yang terdedikasi. Lean bukanlah program ‘sampingan’. Setiap proyek harus dijalankan dengan terencana dan terstruktur, dengan tujuan yang jelas. Menurut Heidingsfelder, Freudenberg-NOK memiliki sumberdaya manusia, finansial dan fasilitas yang memadai di setiap situsnya.
4) Proses sertifikasi. Berikan semacam recognition dan reward untuk setiap pengembangan kemampuan dan pengetahuan.
5) Atasi atau ciptakan krisis. Heidingsfelder memberikan contoh untuk poin ini: tim di salah satu pabrik milik perusahaan menolak untuk berpikir outside the box dan mengembangkan kesempatan untuk melakukan perbaikan. Pimpinan perusahaan lalu menunjukkan perusahaan lain yang lebih cakap dalam proses produksi dan menyebarkan informasi mengenai kehebatannya ke seluruh bagian perusahaan. Dengan menciptakan krisis seperti ini, tim di pabrik tersebut menjadi lebih termotivasi dan akhirnya mengembangkan konsep dan tindakan untuk memperbaiki proses mereka.
6) Lakukan perubahan yang konstan.
7) Hilangkan resistensi akan program improvement.
8.) Beri penghargaan pada para change agent.
9) Hapuskan kebijakan PHK dari setiap program perbaikan yang dijalankan.
10) Buat tim yang cross-functional.
11) Sebarkan kebijakan.
12) Ciptakan visi.
13) Ukur, lacak, dan laporkan perbaikan yang telah dihasilkan___dan teruslah menghitung.
14) Adakan pertemuan para ahli Lean. Di Freudenberg-NOK, pertemuan dijadwalkan tiga hingga empat kali setahun. Agenda dibuat dengan jelas dan dalam pertemuan tersebut para Lean experts dapat berbagi pengalaman dan best practice untuk setiap proses yang akan diperbaiki.
15) Jadwalkan Kaizen. Tidak harus dilakukan dalam status emergency saja; di Ferudenberg-NOK, ada peraturan untuk mengadakan 10 Kaizen untuk setiap 100 orang.
16) Gunakan tool dan teknik Lean.
17) Adakan pelatihan Kaizen.
18) Jadikan perbaikan sebagai sesuatu yang terus berlaku. Salah satu contoh yang dipaparkan Heidingsfelder: jika Anda memotong WIP sebesar 50%, maka Anda akan menghapus 50% penggunaan forklift dan 50% kotak yang digunakan untuk menyimpan WIP.
Itulah gambaran mengenai kunci sukses program continuos improvement yang dapat ditiru oleh perusahaan manapun yang bertujuan untuk mencapai operational excellece. Simak juga pembahasan mengenai 7 faktor penyebab kegagalan program continuous improvement disini.
Diadaptasi dari: IndustryWeek.com; Jill Jusko.