Tujuan utama design thinking adalah menemukan solusi yang tidak hanya diinginkan oleh pelanggan tetapi juga layak secara bisnis dan dapat diimplementasikan dengan teknologi atau proses yang ada.

Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, solusi masalah yang kita pilih dengan menggunakan design thinking harus layak dari 3 perspektif berikut:

  1. Perspektif Bisnis
    Solusi yang dihasilkan harus memberikan nilai ekonomis yang berkelanjutan bagi perusahaan. Artinya, solusi tersebut harus sejalan dengan tujuan bisnis dan mampu menciptakan peluang baru atau meningkatkan efisiensi operasional.
  2. Perspektif Teknologi/Proses
    Solusi yang diusulkan harus dapat diimplementasikan dengan teknologi yang tersedia atau proses yang dapat dikembangkan. Aspek ini memastikan solusi tidak hanya menjadi ide abstrak tetapi juga dapat diwujudkan secara nyata.
  3. Perspektif Pengguna (Empati Pelanggan)
    Inti dari design thinking adalah memahami kebutuhan dan keinginan pengguna. Solusi yang dihasilkan harus memberikan pengalaman yang berarti dan menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi pengguna.

Berbeda dengan pendekatan tradisional yang sering kali berfokus pada satu solusi terbaik, design thinking mendorong eksplorasi berbagai ide dan pengujian untuk menemukan solusi yang paling efektif. Proses iteratif ini memungkinkan tim untuk terus memperbaiki dan mengoptimalkan solusi berdasarkan feedback pengguna.

Agility, atau kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, adalah kebutuhan utama bagi organisasi modern. Design thinking memberikan kerangka kerja untuk mencapainya dengan mengintegrasikan empati, kolaborasi, dan eksperimen ke dalam budaya organisasi. Ford adalah contoh nyata bagaimana design thinking dapat diterapkan dalam skala besar. Melalui laboratorium D-Ford yang tersebar di Detroit, London, Melbourne, Palo Alto, dan Shanghai, Ford mengintegrasikan empat pola pikir utama ke dalam budaya perusahaan: rasa ingin tahu, optimisme, empati, dan kolaborasi.

Wawancara Sandy Fershee, Direktur Lab D-Ford Detroit di Ford Motor Company, yang dilaporkan dalam artikel Forbes mengatakan misi D-Ford adalah membantu karyawan Ford mengadopsi alat dan pendekatan baru untuk menghadapi tantangan bisnis. Hasilnya, agility Ford meningkat secara signifikan. Contoh konkret terlihat saat pandemi COVID-19, di mana perusahaan dengan cepat memobilisasi sumber daya untuk memproduksi alat pelindung diri (APD). Dalam waktu hanya 72 jam, Ford berhasil merancang, menguji, dan memulai produksi pelindung wajah bagi petugas kesehatan. Selain itu, mereka juga berkolaborasi dengan mitra untuk memproduksi ventilator dan respirator.

Baca juga  Dapatkan Sekarang! Majalah SHIFT Indonesia Edisi "CI Best Practices & Breakthroughs

DAPATKAN MAJALAH SHIFT Indonesia TERBARU DIĀ https://bit.ly/SHIFTMAGAZINE042024