Di masa ini, tidak ada satu hal pun yang luput dari kecanggihan dan kemajuan teknologi. Teknologi telah berperan besar dalam mengubah dunia yang saat ini dihuni oleh lebih dari 7,2 milyar orang (Biro Sensus Amerika Serikat). Tidak terkecuali juga dampak kemajuan teknologi bagi dunia manufaktur.
Proses manufaktur yang identik dengan tugas-tugas berat, yang “impossible” jika hanya mengandalkan tangan-tangan manusia, sangat mengandalkan kekuatan mesin. Alasannya, tentu saja selain karena memiliki kekuatan beribu-ribu kali lipat dari manusia, mesin juga memiliki kecepatan yang lebih unggul.
Itulah salah satu penyebab selama hampir lebih dari setengah abad, mesin-mesin besar yang dilengkapi dengan ‘akal’ berkat sebuah ilmu bernama algoritma telah berperan besar bagi industri manufaktur, terutama di sektor otomotif.
Namun ada satu fakta yang cukup menarik. Kecanggihan mesin yang “berakal” atau robot ini ternyata perannya malah lebih banyak disaksikan dalam dunia perfilman Hollywood.
Semua tentang perubahan
Robot di masa ini bisa dibilang memiliki kemampuan penglihatan yang lebih baik, berpikir lebih cepat, mampu beradaptasi dengan berbagai situasi berbeda, dan dapat bekerja dengan lebih “smooth”. Bahkan saat ini, bukan hanya di industri otomotif saja, beberapa industri manufaktur lainnya pun mulai memanfaatkan robot untuk membantu proses di lantai produksi mereka, karena saat ini robot-robot tersebut bisa didapatkan dengan harga yang “murah”.
Setidaknya, itulah yang disebutkan dalam artikel HBR.com yang berjudul “The Age of Smart, Safe, Cheap Robots Is Already Here”.
Semua perubahan tersebut merupakan peningkatan yang bertujuan untuk membantu meningkatkan permintaan robot. Faktanya, seperti yang dituliskan dalam artikel tersebut, di tahun 2020 populasi robot di industri manufaktur secara global dapat bertumbuh dua kali lipat dari sekarang atau sekitar 4 juta robot.
Peningkatan populasi robot ini akan mengubah lanskap keunggulan kompetitif di berbagai sektor industri lainnya. Mulai dari sektor pertambangan, barang-barang konsumsi hingga industri kedirgantaraan. Dengan menggunakan robot, para produsen akan lebih mungkin untuk meningkatkan produksi secara lokal dan meningkatkan produktivitas sehingga dapat memberdayakan sumber daya manusia dengan konsep knowledge-based workforce (tenaga kerja yang berbasis pada pengetahuan).
Perubahan ini, tentu saja akan berdampak bagi jutaan buruh dan ribuan perusahaan di seluruh dunia. Perjalanan di industri manufaktur ke depan akan berubah secara substansial, dan model bisnis baru akan muncul untuk membantu para inovator memanfaatkan peluang baru. Tentu ini juga akan menjadi hal yang cukup “mengganggu” bagi berbagai industri.
Dan inilah 3 tren teknologi yang akan memacu perubahan besar bagi ‘wajah’ industri manufaktur dalam proses penciptaan produk.
1. Teknologi yang lebih murah
Teknologi saat ini semakin maju dan produksi robot juga telah ditingkatkan, biaya produksi dalam menciptakan robot berkurang 50% sejak tahun 1990, sementara di Amerika Serikat biaya tenaga kerja telah meningkat sebanyak 80%. Sedangkan di Cina, upah untuk pekerja manufaktur meningkat lima kali lipat sejak 2008 akibat tingginya turnover karyawan demi mendapatkan upah yang lebih baik. Sehingga tidak mengeharankan, raksasa manufaktur Cina, Foxconn, yang memiliki karyawan lebih dari satu juta ini dalam tiga tahun ke depan berencana akan mengotomatisasi 70% prosesnya yang terkait pekerjaan perakitan (assembly line).
2. Teknologi yang makin pintar dan lebih autonomous
Kemajuan dalam hal kecerdasan dan sensor teknologi buatan memberikan robot kemampuan untuk mengatasi variabilitas tugas. Saat ini Flex Track sebagai jalur robot dapat melakukan pekerjaannya tanpa sama sekali campur tangan manusia. Sensor teknologi yang jauh lebih maju dan kemampuan sistem komputer yang dapat menganalisa data dari sensor tersebut, akan memungkinkan robot untuk mengerjakan hasil analisa dengan sangat terampil.
Kemajuan dari teknologi otomatis yang mampu memberikan robot tingkat mobilitas yang diperlukan dalam proses penambangan bawah tanah, navigasi gudang, dan pengiriman barang hanyalah sebagai awal baru yang akan terjadi dalam 10 tahun ke depan. Selain itu, data yang dihasilkan dari proses yang lebih autonomous ini akan diolah dengan teknologi digital untuk membantu para desainer, insinyur, dan manajer memahami bagaimana menciptakan kualitas, proses waktu, aliran, dan persediaan secara real time. Sehingga perusahaan yang dapat memanfaatkan data ini, akan meningkatkan produk dan proses lebih cepat dari pesaing mereka.
3. Teknologi yang lebih aman, dan terintegrasi dengan people
Teknologi yang makin maju memiliki sistem keamanan yang juga maju, sehingga memungkinkan setiap orang untuk bekerja berdampingan, saling melengkapi satu sama lain, antara robot dengan manusia. Robot saat ini, mampu mendeteksi jarak dengan operator sehingga robot pun dapat menyesuaikan kecepatan, kekuatan dan berbagai gerakan dari operator untuk mencegah terjadinya tabrakan. Sehingga akan jauh lebih mudah untuk menugaskan robot untuk bekerja di jalur perakitan dibanding mengerjakannya secara manual.
Dengan adanya tren yang muncul dari teknologi yang lebih smart, safe dan cheaper bagi industri manufaktur ini, robot-robot canggih yang diciptakan untuk mengerjakan pekerjaan di jalur perakitan (assembly line) diperkirakan akan lebih akurat dan memiliki ketangkasan yang lebih tinggi. Robot untuk jalur perakitan juga memiliki kekuatan sensing yang dapat memungkinkan mereka berpartisipasi dalam mengerjakan tugas perakitan dengan lebih “smooth”, seperti yang dilakukan para pekerja di pabrik perangkat elektronik canggih.
Beberapa industri telah mulai mengikuti tren ini. Misalnya, di salah satu produsen mobil yang membuat kolaborasi antara robot dengan para pekerjanya. Kolaborasi ini terjadi dalam proses perakitan pemasangan pintu mobil. Dimana robot bekerja memasang water seals dengan cara yang persis dilakukan oleh pekerja manusia, namun dapat mengerjakannya dalam waktu yang lebih cepat dengan variabilitas yang lebih sedikit.
Atau seperti yang dilakukan sebuah produsen jet yang memiliki robot twin-armed humanoid dengan kecerdasan buatan yang mampu beradaptasi dengan kondisi kerja yang lebih spesifik. Begitupun di industri pertambangan, yang saat ini sudah menggunakan tele-remote dan peralatan semi-autonomous dalam proses pengeboran di dalam tanah namun dapat dikendalikan dari atas permukaan. Sehingga, mereka mampu menurunkan variabilitas produksi, mengurangi tingkat kecelakaan kerja, dan produktivitas dan pemanfaatan tenaga kerja menjadi lebih baik.
Dengan peranan robot yang lebih luas dalam proses produksi, sebuah tim kecil dapat lebih fokus dalam mengawasi jenis pekerjaan yang lain, meningkatkan kontrol terhadap kualitas, mengumpulkan dan mengelola data dari produk dan proses dan menemukan solusi pemecahan masalah demi peningkatan dan perbaikan yang lebih baik.
Lalu, apa dampak tren tersebut bagi tenaga kerja saat ini?
Ya. Robot memang akan menggantikan tugas dari beberapa orang yang saat ini melakukan pekerjaan mereka secara manual. Namun, untuk memaksimalkan peran robot-robot di jalur perakitan ini, perusahaan juga dituntut untuk mempekerjakan ribuan pekerja dengan keterampilan analisis, pemrograman, integrasi sistem, dan desain interaksi yang lebih baik.
Robot dapat melakukan beberapa hal lebih baik dan lebih cepat dari yang kita lakukan, namun mereka tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan perspektif atau penilaian dari manusia. Untuk itu, di masa mendatang, berbagai perusahaan akan lebih banyak membutuhkan pekerja “ambisius”, terutama mereka yang mendapat akses mengikuti berbagai pelatihan, karena merekalah yang akan mendapatkan perspektif dan kesempatan baru untuk berkontribusi.
Sehingga dengan peranan robot yang lebih luas dalam proses produksi, sebuah tim kecil dapat lebih fokus dalam mengawasi jenis pekerjaan yang lain, meningkatkan kontrol terhadap kualitas, mengumpulkan dan mengelola data dari produk dan proses dan menemukan solusi pemecahan masalah demi peningkatan dan perbaikan yang lebih baik.***
Sumber: HBR.com