Artikel berikut telah diterbitkan di www.leanindonesia.com

Ada satu pertanyaan yang selalu muncul ketika kami, dalam berbagai kesempatan, membantu pabrik-pabrik melakukan pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE): “Where do I measure OEE?”

Memang budaya, kondisi, dan output dari setiap pabrik berbeda. Namun kami percaya jawaban dari pertanyaan diatas hampir tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang Anda produksi dan bagaimana Anda memproduksinya. Berikut adalah hasil interview dengan Adrian Pask dari Vorne Industries, yang merupakan partner SSCX untuk OEE XL Appliance:

Saya ingin mengetahui skor OEE dari lini produksi; pada titik mana OEE mulai diukur?

Pengukuran OEE harus selalu dimulai dari titik “constraint” dalam proses Anda. Apapun yang Anda lakukan, mencetak kartu, membungkus kotak, mencetak besi, atau merakit kendaraan, pasti ada langkah atau mesin yang sangat menentukan throughput maksimum Anda (kunci dari produksi Anda). Inilah titik dimana Anda harus menemukan kerugian-kerugian (losses) pada proses dengan melakukan penghitungan OEE. Kerugian (losses) yang mungkin terjadi adalah:

  • Kerugian Internal (down time, setup time, small stops, slow cycles, dan reject)
  • Kerugian Eksternal (terhambat karena adanya gangguan di bagian lain dari lini produksi)

Best practice yang dapat dilakukan dalam mengukur OEE adalah, lakukan pengukuran OEE pada mesin/peralatan utama (yang melakukan pekerjaan utama) pada lini dimana semua peralatan/mesinnya (telah diatur untuk) berjalan dengan kecepatan yang identik. Misalnya: jika ingin mengukur OEE pada lini pengisian (filling), lakukanlah pada mesin filler-nya.

Saya bukan ingin mengetahui OEE pada satu mesin; saya ingin mengetahui OEE pada seluruh lini produksi

Performa mesin “constraint” pada lini produksi sangat menentukan performa lini tersebut. Jika mesin kunci ini mampu memproduksi 1000 unit per jam, dan palletizer Anda memproduksi 3000 unit per-jam, berapa unit yang akan Anda produksi? 1000 unit per jam! Mesin lainnya bisa saja berhenti. Jika mesin “constraint” Anda tetap berjalan, Anda tetap dalam status produktif. Inilah pelajaran yang amat berarti dari Theory of Constraints.

Baca juga  7 Fakta Menarik dari Metode Inovasi Design Thinking

Banyak tim yang juga mengukur jumlah palet atau boks yang dikirim kepada pelanggan. Tidak masalah; pantaulah OEE hanya pada akhir lini, jika disanalah letak “constraint” Anda.

Tapi saya ingin OEE pada constraint dan OEE pada seluruh proses lainnya

Mengapa harus demikian? Mengetahui skor OEE di setiap poin akan membingungkan Anda dengan informasi yang simpang-siur dan kemungkinan akan menyebabkan eksekusi pekerjaan pada proses yang salah. Kita semua memiliki sumber daya terbatas. Jadi fokuslah kepada titik dimana sumber daya tersebut akan memberikan hasil paling efektif.

Best practice yang dapat dilakukan adalah mengukur OEE hanya pada “constraint”, dan mengukur efisiensi mekanis pada aset-aset lainnya. Dengan cara ini, Anda akan mendapatkan skor OEE untuk lini tersebut plus sebuah benchmark untuk setiap mesin tanpa dibingungkan oleh angka-angka tambahan yang mengacaukan perhitungan OEE Anda.

Bagaimana jika “constraint” berubah?

Jika “constraint” berubah karena Anda telah berhasil meningkatkan performa, bersulanglah untuk keberhasilan tim Anda! Geser perhitungan OEE pada “constraint” yang baru dan mulailah prosesnya kembali.

Jika “constraint” bergeser dengan produk yang berbeda, secara teoretis memang dibenarkan untuk menggeser measurement point Anda. Tapi cobalah berpikir rasional; apakah sepadan jika kita memindahkan pengukuran OEE untuk setiap produk? Dalam banyak kasus, jawabannya adalah tidak. Kadang-kadang, jawabannya ya.

Saya memiliki proses yang sebagian besar dikerjakan secara manual; bagaimana saya bisa mengukur OEE?

Hal ini bisa menyulitkan. OEE adalah pengukuran yang mewakili performa mesin. Jika Anda bisa mengukur OEE untuk proses yang benar-benar manual, dalam beberapa kasus, (dibandingkan mengukur OEE) akan lebih tepat jika Anda mengukur performa pekerja (misalnya parts per person hour).