Teknologi digital memberikan kemajuan besar bagi dunia industri, tidak terkecuali di bidang jasa kesehatan. Pelaku dituntut untuk mampu menyediakan alur kerja yang lebih baik dan platform kesehatan yang lebih terintegrasi. Tahun 2018, tidak diragukan lagi, akan menjadi satu tahun transformasi yang cepat. Namun, sebelum kita memasuki gelombang inovasi berikutnya, Yuk! Kita kilas balik, melihat “disrupsi” yang dihadapi industri jasa kesehatan di tahun 2017 lalu.
1. Investasi Terbesar di Sepanjang Sejarah
Tahun 2017 merupakan tahun yang baik bagi perusahaan kesehatan digital. Menurut Rock Health, paruh pertama tahun 2017 mereka menghasilkan $ 3,5 miliar dengan beriventasi di 188 perusahaan kesehatan berbasis digital. Ini menjadi rekor baru untuk jumlah perusahaan yang didanai dan jumlah yang diinvestasikan. Investor terlibat dalam berbagai peluang di dunia digital.
2. Munculnya Strategi Kemitraan
Untuk menghadapi ancaman digital dari raksasa teknologi seperti Amazon, Apple dan Google pemain industri kesehatan yang masih tradisional melakukan upaya defensif dan strategis, yaitu menjalin kemitraan dengan pemain digital yang terdepan. Misalnya, Change Healthcare menjalin kemitraan strategis dengan Google Cloud untuk mengembangkan alat inovatif bagi ahli radiologi. Cerner juga baru-baru ini mengumumkan kemitraan dengan Amazon Web Services untuk membantu menyediakan layanan medis dengan memanfaatkan data untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Berikutnya, kemitraan American Well dengan Apple untuk studi kesehatan jantung.
3. Data Adalah Kekuatan
Melalui pemasangan alat yang terintegrasi, data pasien secara realtime dapat dilihat di dalam catatan kesehatan elektronik (EHRs). Dengan ini kita mampu melacak tingkat detak jantung, aktivitas tidur, tingkat oksigen dan bahkan kadar glukosa darah pasien.
Apple dan Stanford Medicine Reseachers beberapa waktu lalu mengumumkan sebuah kemitraan untuk berkolaborasi dalam sebuah studi. Mereka menggunakan sensor denyut jantung di Apple Watch untuk mengidentifikasi gejala fibrilasi atrium seperti ritme jantung tidak teratur. Studi lainnya dilakukan oleh Verily Life Sciences, perusahaan yang telah spinoff dari Google. Studi ini bertujuan mengetahui bagaimana tes genetika bisa dibaca dan dikombinasikan melalui perangkat cerdas, yang mana datanya bisa digunakan untuk memperbaiki kesehatan seseorang dan bahkan memprediksi kapan pasien mungkin mengalami keadaan darurat medis seperti stroke atau kejang. Data disini bermanfaat tidak hanya bagi pasien tetapi juga untuk penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien secara keseluruhan.
4. Social Media
Penggunaan teknologi mobile seperti smartphone, dimanfaatkan oleh para dokter untuk mendidik dan berkolaborasi dengan rekan kerja. maupun pasien. Seperti dilaporkan dalam Journal of Medical Internet Research, satu dari empat dokter A.S. menggunakan media sosial setiap hari untuk mencari informasi medis. Satu dari tujuh konten berkontribusi ke platform media sosial setiap harinya.