Suatu hari, seorang pebisnis menyetop taksi untuk mengejar penerbangan. Selama berada dalam perjalanan ke bandara, supir taksi menyetir di sebelah kanan. Tiba-tiba, sebuah mobil lain keluar dari area parkir langsung mengambil jalan di depan taksi. Supir taksi kaget dan me-rem mendadak, hingga taksinya sedikit tergelincir. Terlambat setengah detik saja, mereka pasti tabrakan!
Pengemudi mobil lain itu mengeluarkan kepalanya keluar jendela mobil dan mulai memaki supir taksi. Namun si supir taksi hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Si pebisnis heran, kok supir taksi bisa begitu ramah pada orang yang hampir mencelakainya? Lalu ia berkata dengan gemas, “Kalau saya jadi Anda, saya tidak akan sebaik itu pada orang yang hampir mengirim kita ke rumah sakit.” Saat itulah si supir taksi mengajarkan “Hukum Truk Sampah”.
Supir taksi menjelaskan bahwa sebagian besar orang bagaikan truk sampah. Mereka pergi kemana-mana, membawa-bawa sampah: segala frustrasi, kemarahan dan kekecewaan. Ketika sampah telah menggunung, mereka merasa terdesak untuk segera memuntahkannya di suatu tempat. Kadang Anda-lah yang jadi tempat “pembuangan” tersebut. Tidak perlu menganggapnya serius. Tersenyumlah, lambaikan tangan, doakan mereka, dan berlalulah seolah tak ada yang terjadi. Jangan mau menjadi tempat penampungan dari sampah yang mereka muntahkan, atau Anda juga akan memuntahkannya kepada orang-orang di tempat kerja, di rumah, atau di jalanan. Percayalah, hidup tidak akan nikmat jika Anda memilih untuk menjadi truk sampah yang lain.***
Sumber: www.rogerdarlington.me.uk