Teknologi memiliki zamannya sendiri, dan sekarang sampailah kita pada era kecerdasan buatan. CEO SSCX Teknovasi Fajar Dhirendra Gregory dalam wawancaranya dengan SHIFT Indonesia menyampaikan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) akan terus-menerus memberikan kejutan-kejutan luar biasa untuk memajukan kehidupan kita sehar-hari. Kemajuan ini terjadi karena kita semua mendukungnya.
Sekitar 16 tahun lalu pendiri Apple Steve Jobs memperkenal iPhone ke hadapan publik untuk pertama kalinya di ajang MacWorld 2007. Dengan inovasi atau terobosan baru yang diusungnya, iPhone pun menjadi simbol industri teknologi era modern. Satu tahun setelahnya, muncul pemain baru yaitu smartphone berbasis android. Keduanya bersaing ketat menjadi pemimpin di industri ponsel pintar, bersimbiosis mutualisme dengan pesatnya pertumbuhan media sosial (Facebook, Instagram, Twitter, dsb), sehingga membangun dunia maya dengan 5 Miliar netizen.
Dalam pameran teknologi industri Hannover Messe tahun 2011, Industry 4.0 diperkenalkan ke publik. Inisiatif ini digunakan pemerintah Jerman untuk memajukan industri ke tingkat selanjutnya dengan bantuan teknologi. Peluncuran Industry 4.0 ini juga menjadi suatu momentum bagi lonjakan pertumbuhan AI. Data dari Forbes menunjukkan bahwa di tahun 2012-an, terjadi lonjakan pesat investasi oleh Venture Capital (VC) untuk startup AI, ini selaras dengan pertumbuhan pengguna smartphone, internet, dan medsos.
“Tahun 2011 pengguna internet sedunia adalah 2 miliar, tahun 2015 menjadi 3 miliar, dan tahun 2023 sudah 5 Miliar, dan produksi data yang luar biasa besar dan pesat. Artificial Intelligence (AI) selalu butuh data. Tanpa data, AI tidak bisa belajar, maka tidak menjadi pintar. Siapa yang memproduksi data yang luar biasa banyak itu? Kita semua, pengguna internet, pengguna smartphone. Kita semua ini yang membesarkan AI,” jelas Fajar.
Menurut Fajar, sejak tahun 2011-an sebenarnya sudah banyak aplikasi dan platform yang berbasis AI, hanya saja kita masih gandrung dengan fitur yang diberikan oleh AI ketimbang AI nya itu sendiri. Misalnya fitur Facebook yang mampu mengidentifikasi nama-nama teman kita dalam foto yang kita unggah, kita lebih menikmati fiturnya itu ketimbang AI-nya. Ini bisa dipahami, karena kecerdasannya hanya sepenggal kecil saja, yaitu identifikasi wajah dalam foto.
“Nah, ketika prototipe ChatGPT diluncurkan di akhir Tahun 2022 lalu, saya amati, barulah lebih banyak orang yang benar-benar terkesima dengan AI, karena seakan kecerdasannya tidak hanya sepenggal-sepenggal saja. Ditanya apapun bisa jawab dengan luar biasa dan lengkap, makin seperti di film-film, dan itu baru versi prototipe” terang Fajar. Untuk diketahui, pengembangan ChatGPT sendiri sebenarnya sudah mulai sejak Tahun 2018, dan sejak itulah ChatGPT mengumpulkan luar biasa banyaknya data, untuk AI pelajari. “Adapun hal yang membuat AI semakin pesat perkembangannya adalah karena inklusivitasnya, misalnya ChatGPT memiliki fitur untuk menerima koreksi, dan ChatGPT pun belajar dari berbagai sumber yang sebenarnya kita sendiri sebagai narasumber,” lanjut Fajar.
Perkembangan dan Pengembangan AI
AI memberi dampak besar di hampir semua bidang. Lalu bagaimana perkembangan AI sejauh ini di Indonesia?
“Secara umum, bagus. Kami di SSCX Teknovasi juga sempat melakukan riset untuk mengikuti perkembangan AI di Indonesia, ada sekitar 10 startup Indonesia yang mengembangkan AI yang mendapatkan pendanaan yang besar. Kami yakin bahwa ada banyak startup lainnya juga yang tengah mengembangkan AI, tapi mungkin belum banyak diliput media. Kami sendiri mengembangkan AI,” jelas Fajar.
Untuk diketahui SSCX Teknovasi melalui anak usahanya yaitu SEMAI sudah mengembangkan solusi khusus untuk membantu industri agri termasuk kelapa sawit mendapatkan produktivitas maksimal. SEMAI telah mengembangkan teknologi AI untuk melakukan grading (penentuan tingkat kematangan) dan counting (penghitungan jumlah) terhadap hamparan puluhan tandan buah sawit (TBS), baik di kebun maupun di bagian penerimaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit. Manfaat utamanya adalah membantu petugas di lapangan untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, lebih cepat setidaknya 28 detik dan memberikan hasil yang konsisten dengan akurasi 90% (bahkan akan bisa lebih), karena hasil grading dan counting manusia memiliki keterbatasan khususnya dalam konsistensi hasil pengukurannya.
Menyoal pemanfaatan AI itu sendiri, Fajar mengingatkan pentingnya kesederhanaan dan manfaat yang bisa diukur. ChatGPT yang saat ini populer juga terdiri dari sekian banyak use cases yang sederhana dan memiliki manfaat yang spesifik. Oleh karena itu, sejak awal kita harus memahami masalah yang akan diatasi.
‘Untuk use case yang sangat sederhana itu dibutuhkan banyak data untuk melatih AI sehingga dapat melakukan tugasnya. Sebagai gambaran, AI yang dikembangkan SEMAI untuk grading dan counting itu, kami menggunakan lebih dari 5000 data (gambar) untuk 1 jenis tingkat kematangan dan 1 jenis varietas. Kami juga perlu melakukan sekian banyak pengkondisian dan mengantisipasi tingkat kecerahan, kondisi lingkungan sekitar, dsb.”
“Contoh use case lain yang kami kembangkan adalah menghitung jumlah balok kayu dan volume tumpukan balok kayu. Untuk dapat melakukan ini, kami terapkan AI untuk mengestimasikan luas penampang permukaan kayu, lalu kami terapkan juga untuk melakukan estimasi panjang balok tersebut, sehingga dapat diestimasi volume-nya. Hasilnya ketika dibandingkan dengan kalkulasi manual adalah lebih tinggi akurasi volume menggunakan AI kami (sekitar 10 – 15% lebih akurat). Use case ini sederhana, tapi membutuhkan sekian banyak uji coba dan eksperimen untuk berbagai pendekatan,” ungkap Fajar.
Mengacu pada penjelasan di atas, kita bisa simpulkan untuk suatu use case yang sederhana dalam memanfaatkan AI, diperlukan upaya yang fokus dan intensif. “Kami menyadari hal ini, sehingga kami membuat pabrik AI yang terdiri dari sekian software yang kami kembangkan sendiri, sehingga pengolahan ribuan data dan pelatihan untuk AI bisa dilakukan secara otomatis. Kalau kami tidak kembangkan perangkat pabrik AI ini, maka upaya untuk membangun AI tersebut jadinya terlalu berat biayanya.”
Baca artikel selanjutnya disini