Peningkatan jumlah pembeli online khususnya terus meningkat, seiring dengan terus berkembangnya produk digital. Sebagian konsumen memang masih menyukai transaksi konvensional dengan datang langsung ke toko, melihat langsung dan menyentuh barang yang ingin mereka beli. Namun seringkali konsumen juga melakukan riset kecil-kecilan di toko-toko online untuk sekedar membandingkan harga. Mereka cenderung suka mengumpulkan berbagai macam informasi terkait produk yang mereka inginkan sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk membelinya. Proses pengumpulan informasi ini bisa mereka dapat dari berbagai media sosial yang ada.
Inilah sebuah perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat global di dunia bisnis retail. Kecenderungan ini mendorong para pelaku bisnis retail untuk lebih cermat dan serius menangkap tantangan baru tersebut. Tantangan yang ada memunculkan urgensitas akan pentingnya pengelolaan operasional yang baik di toko-toko retail. Sangat penting bagi para pelaku bisnis retail untuk mengelola aktifitas operasional mereka menjadi lebih efisien untuk menawarkan produk dan layanan yang berkualitas bagi para pelanggannya.
Mengadopsi praktek lean dapat membantu para pelaku bisnis retail melakukan perbaikan untuk meningkatkan profitabilitas dan kepuasan pelanggannya. Lean di lingkup retail dirancang untuk menghilangkan aktifitas non-value-add dan meningkatkan nilai tambah dari sudut pandang pembeli.
Implementasi Lean Retail
Konsep dari filosofi lean yang pertama kali di populerkan oleh Toyota, di kembangkan karena adanya permasalahan pada inventori. Prinsip dasar dari filosofi lean adalah menjaga inventori tetap rendah. Pasalnya, menumpuknya inventori menjadi permasalahan utama yang menimbulkan banyak masalah lain.
“Lean retail” adalah sebuah konsep yang muncul dan telah diadopsi oleh berbagai perusahaan retail dari negara-negara barat dengan penggunaan teknologi seperti barcode, RFID, dan manajemen item-level inventory. Idealnya, sebuah perusahaan retail akan menerapkan praktek lean baik di toko maupun di pusat distribusinya. Perusahaan biasanya menggunakan teknologi seperti RFID yang mampu mengidentifikasi pergerakan inventori secara akurat sesuai prinsip merchandising toko, untuk disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Beberapa perusahaan retail global seperti Walmart, Macy’s, Bloomingdale’s, The Gap, J.C. Penny, dan juga eBay telah mengadopsi teknik lean retail.
Namun, implementasi Lean di bisnis retail tidak semudah yang diperkirakan banyak orang. Isu-isu dan celah perbaikan di bisnis retail sangat bervariasi, bergantung kepada produk yang dijual, apakah buku, pakaian, sepatu, atau produk konsumer.
Walaupun tidak mudah, pemahaman mengenai konsep lean retail dan implementasinya akan membantu para pelaku bisnis retail mempertahankan sustainability. Sama halnya dengan konsep lean manufacturing, lean retailing juga bertujuan untuk menghilangkan waste dari retail value chain, waste di sini diartikan sebagai aktivitas atau proses yang tidak memiliki nilai tambah bagi pelanggan. Lean retail dirancang untuk membantu perusahaan menghemat biaya dan melipat-gandakan keuntungan, dan kepuasan pelanggan menjadi bonusnya.***RR/RW