Memahami motivasi para eksekutif akan membantu change agent dalam menjalankan strategi perbaikan dan memimpin perusahaan menuju arah yang benar.
Mengenai hal ini, sebuah tulisan menarik dari pakar Lean John Dyer akan membantu Anda memahaminya:
Sebagian besar orang pasti setuju, untuk memulai inisatif perbaikan, dukungan dan kepemimpinan yang ditunjukkan oleh para eksekutif perusahaan mutlak diperlukan. Sebagian besar eksekutif di perusahaan-pun pasti telah memahami pentingnya melakukan perbaikan. Jika kedua pernyataan ini benar, mengapa masih saja kita mengalami kesulitan mendapatkan buy-in dari para pimpinan perusahaan?
Kejadian berikut ini menggambarkan jawaban, mengapa memperoleh buy-in dari BoD untuk menjalankan sebuah program bisa menjadi tantangan besar:
Seorang CEO dari perusahaan besar menghubungi sebuah perusahaan konsultan. Kepada sang konsultan, CEO bercerita bahwa salah satu value dari perusahaannya adalah ‘teamwork’. Namun ia memiliki masalah dalam menjalankan program perbaikan. “Sangat sulit mewujudkan perbaikan dan kerja tim ketika para staf tidak bekerja sebagai tim.”
Beberapa minggu kemudian, CEO mengajak konsultan tersebut bertemu dengan jajaran eksekutif perusahaannya. Mereka berencana untuk menjalankan pelatihan selama dua hari untuk mengedukasi para staf tentang pentingnya teamwork dan apa yang diperlukan untuk membentuk tim yang handal. Mereka berdiskusi dan sang konsultan mengajukan agenda pelatihan termasuk pelatihan team-building di dalamnya.
Seorang eksekutif, sebut saja Imam, menyadari adanya agenda team-building tersebut.
“Tunggu sebentar,” katanya. “Kenapa ada program outbond semacam ini di agenda program kita? Anda tidak mengerti. Kita ini eksekutif yang sibuk, yang menjalankan sebuah perusahaan besar. Kita tidak punya waktu untuk bermain seperti ini.”
Sang konsultan menutup bukunya dan mulai membereskan komputernya. “Saya telah bekerja dengan banyak perusahaan sebelumnya, dan pendekatan saya adalah dengan melakukan semua hal yang ada dalam agenda ini,” katanya. “Jadi, jika tidak ada keinginan untuk melakukannya, kita hanya akan menghabiskan waktu satu sama lain.”
Ketika konsultan itu beranjak pergi, CEO menahannya. “Kami akan melakukan semua hal yang ada dalam agenda, termasuk permainan team-building jika memang itu akan membuat kami menjadi sebuah tim.” katanya.
Setelah rapat tersebut, sang CEO dan Imam mengundang konsultan untuk makan malam. Ketika berada di restoran dan sedang mencuci tangan, Imam menghampiri konsultan dan bertanya,
“Tentang aktivitas team-building tadi, apa yang Anda rencanakan untuk mengisinya?”
Konsultan tersebut menerangkan bahwa ada beberapa aktivitas permainan dan dia akan memilih salah satunya setelah mempelajari karakteristik peserta dan perusahaan.
“Tidak, Anda tidak mengerti. Saya ingin tahu permainannya seperti apa dan Anda harus memberi tahu saya bagaimana cara menuntaskan masalah yang ada.”
Ketika itulah sang konsultan mengerti bahwa sebagian besar pimpinan di perusahaan tidak akan mendukung sesuatu yang tidak mereka mengerti, dan mereka juga enggan meminta bantuan. Meminta bantuan akan membuat mereka terlihat lemah di hadapan para kolega.
Sebagian besar pimpinan perusahaan tidak akan mendukung sesuatu yang mereka tidak mengerti.
Pembelajaran ini juga berlaku dalam inisiatif Lean Six Sigma. Jika tim perbaikan melaporkan segala kemajuan dan hal positif yang berhasil dicapai kepada para pimpinan yang tidak memahami tools, istilah dan metodologi Lean, maka kemungkinan mereka hanya akan mendapat tanggapan yang tidak terlalu antusias. Yang demikian sering terjadi, dan tim akan merasa semua usaha mereka tidak didukung apalagi dihargai. Sedikit demi sedikit semangat perbaikan di perusahaan akan melempem.
Jadi, jika Anda sebagai change agent di perusahaan merasa selama ini inisiatif perbaikan yang dilakukan tim Anda kurang mendapat tanggapan manis, mungkin para pimpinan di perusahaan belum terlalu memahami metode yang Anda gunakan, atau manfaat proyek yang Anda jalankan.
Namun para eksekutif umumnya tidak ingin mengakui ketidak-pahaman mereka. Ingat, banyak pemimpin, khususnya yang tidak berasal dari latar belakang manufaktur atau teknik, tidak memiliki cukup informasi mengenai Lean dan Six Sigma. Jadi, Anda sebagai leader di bidang perbaikan mungkin perlu mendedikasikan waktu berbicara satu-persatu dengan mereka. Saran lain, cobalah ajak semua pimpinan perusahaan untuk menghadiri pelatihan dengan pakar dari luar perusahaan untuk membantu membangun budaya dan pemahaman.***