Terlepas dari kondisi pandemi, digital menggaransi manfaat signifikan bagi bisnis.
Tidak ada satu pun yang lolos dari gangguan pandemi, bisnis secara global mengevaluasi ulang strategi untuk beradaptasi, merelevankan operasi dengan kebutuhan hidup di era kenormalan baru. Beragam inisiatif diambil organisasi untuk mengatasi tantangan ini, dalam hal pembayaran misalnya, guna memastikan keamanan para pelanggan pembayaran digital saat ini menjadi alternatif.
Solusi digital memungkinkan bisnis untuk beroperasi di level tertinggi secara aman. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan data, bisnis dapat mendorong inovasi digital ke seluruh kehidupan organisasi. Secara tidak langsung, peran perangkat lunak menjadi semakin penting bagi masa depan.
Hasil riset perusahaan konsultan global McKinsey & Company menemukan bahwa hampir setengah dari aktivitas kerja saat ini dapat diotomatisasi pada tahun 2055, sementara kurang dari 5% pekerjaan akan mengalami otomatisasi penuh. Bagi sebagian besar pekerja, otomatisasi tidak akan menghilangkan pekerjaan, tetapi akan mengubah banyak tugas rutin dan menggantinya dengan yang lebih kreatif dan kompleks.
McKinsey juga menyebut otomatisasi dapat meningkatkan produktivitas ekonomi global hingga 1,4% setiap tahun. Pertumbuhan tersebut akan mendukung pekerjaan baru bagi pekerja manusia bahkan saat pekerjaan lama diotomatisasi secara bertahap. Dengan kata lain jika dilakukan dengan benar, otomatisasi akan menjadi jalan keluar terbaik yang memberikan keuntungan mutual bagi perusahaan dan juga karyawan.
Skalabilitas sebagai Tujuan
Perlu diketahui bahwa tujuan utama dari proses otomatisasi dan digitalisasi adalah meningkatkan skalabilitas. Otomatisasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dapat memberikan keuntungan cepat sekaligus memajukan tujuan strategis jangka panjang. Untuk mendapatkan manfaat besar transformasi digital, organisasi harus memprioritaskan case penggunaan otomatisasi tidak hanya berdasarkan hasil bisnis tetapi juga mempertimbangkan elemen manusia.
Selain lensa teknis, mempertimbangkan lensa sosial juga diperlukan. Dengan kata lain, organisasi harus merenungkan apa yang harus diotomatisasi bersama dengan apa yang bisa diotomatisasi. Hal ini tentu perlu dilihat dari kaca mata manusia yang akan bekerja menggunakan teknologi, serta pelanggan manusia yang akan menggunakan layanan tersebut. Pekerja dan konsumen sama-sama akan merasa nyaman dengan otomatisasi ketika peran manusia ada. Pertimbangkan kendaraan otonom, misalnya. Meskipun sebagian besar pengemudi merasa nyaman dengan beberapa fitur otonom seperti penghentian otomatis, namun hanya sedikit yang merasa nyaman dengan otonomi penuh dimana mobil dapat dikendarai sepenuhnya tanpa campur tangan manusia.
Dengan pemikiran tersebut, organisasi yang mencari peluang otomatisasi harus memilih proses bisnis yang dapat dipisahkan menjadi serangkaian langkah; Anda dapat memastikan otomatisasi berjalan efektif dengan mengotomatisasi langkah-langkah di awal proses dengan tetap melibatkan peran manusia di proses akhir.
Baca artikel lanjutan tentang Pendekatan Bisnis yang Quick Win dan Quick Impact disini.