Sun Tzu, seorang pemikir strategi perang China pernah mengatakan bahwa: “Dengan mengenal dirimu dan mengenali musuhmu, maka 1000 kemenangan akan bisa diraih”.

Nasehat bijak Sun Tzu ini mengajak kita mampu melihat dimana posisi dan kekuatan kita, sedangkan “musuh” yang dimaksud bukan hanya kompetitor langsung kita, namun juga tantangan yang akan kita hadapi di saat

ini dan mendatang. Tantangan dapat dibalikkan menjadi peluang jika kita dapat beradaptasi dan lebih baik dari kompetitor maupun produk substitusi yang ada.

Apa saja tantangan utama tersebut? Mari kita simak ulasan berikut:

ASEAN-China Free Trade Agreement

Sejak penerapan free trade zone (FTA) resmi diberlakukan antara negara-negara di kawasan ASEAN dengan China, sedikit sekali kabar baik yang didengar.

Agus Tjahayana, Dirjen Kerjasama Industri Internasional di Departemen Perindustrian, mengatakan hasil survei terakhir menegaskan tren negatif. “Dari survei tersebut, kita melihat kecenderungan penurunan pangsa pasar untuk produk dalam negeri, karena konsumen lebih memilih membeli produk impor dari China,” katanya kepada wartawan Jakarta Post.

Survei ini mengungkapkan bahwa pedagang lebih suka menjual produk-produk buatan China dibanding buatan dalam negeri karena keuntungan mereka naik sekitar 20 persen, tambahnya. Diakui pula, secara umum masih banyak produk China yang kalah untuk urusan durability (daya tahan).
Serbuan produk China akan mengubah peta industri di Indonesia. Jika produk Indonesia lebih murah atau lebih murah untuk total cost of ownership, lebih durable, lebih mampu memenuhi selera dan kebutuhan lokal pasar yang kita sasar, ACFTA adalah sebuah peluang besar.

Informasi dan Teknologi Informasi

Terbukanya arus informasi dan perkembangan teknologi informasi, membuat pelanggan dengan cepat mendapatkan informasi yang akurat dan melakukan perbandingan antara produk kita dengan pesaing. Hal ini juga membuat pelanggan mempunyai posisi tawar yang tinggi.

Baca juga  7 Fakta Menarik dari Metode Inovasi Design Thinking

Ketidakpuasan pelanggan terhadap produk kita tidak hanya menimbulkan kita kehilangan pelanggan tersebut, namun berpotensi menghancurkan reputasi perusahaan. Kerusakan pada as roda kereta perang pada zaman Romawi mungkin hanya diketahui beberapa orang, tetapi sekarang ini sedikit saja pelanggan merasakan pelayanan dan produk yang tidak sesuai, informasi ini akan tersebar cepat sebelum Anda sempat melakukan sesuatu.

Ini adalah tantangan, sekaligus peluang karena hal yang sama berlaku jika produk dan kualitas layanan Anda sangat baik dan sangat memuaskan pelanggan.

Naiknya Biaya dan Terbatasnya Kekuatan Harga

Dulu, formula yang dipakai untuk menentukan harga produk adalah berapa biaya produksi kita ditambah dengan berapa persentase keuntungan yang kita inginkan. Namun untuk saat ini, harga tidak bisa ditentukan oleh produsen, namun pasar. Terkait tantangan #1 dan #2 di atas, tantangan #3 ini menjadi lebih berat. Tetapi terkait #1 dan#2 pula, perusahaan memiliki peluang mendapatkan harga bahan baku dan bahan pendukung yang lebih menarik dari pemasok mana saja dengan lebih mudah.

Perusahaan dituntut mampu melakukan minimal satu dari dua opsi ini, memberikan nilai tambah yang diapresiasi lebih oleh pelanggan, atau kompetitif dalam harga.

Harga dan biaya adalah dua hal berbeda, bahkan bisa tidak saling terkait. Tidak selalu harga diatas biaya ada banyak contoh dimana harga jual dibawah biaya produksi dan perusahaan tetap untung, hal ini kembali kepada business model dan revenue stream yang didesain oleh perusahaan.

Pelanggan bersedia membayar lebih untuk pelayanan dan produk yang lebih baik. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor yang produknya bersifat komoditas menghadapi tantangan lebih besar dalam hal harga. Tetapi jika efisien, maka skala ekonomis akan bergerak seperti virtuous cycle yang membawa perusahaan lebih menguntungkan. Hal yang sama dialami Ford di kwartal satu ini, skala ekonomis pada produk kendaraan elektrik Ford telah meningkatkan profitabilitas produk mereka.

Baca juga  Pendaftaran Kompetisi OPEXCON 2024 Ditutup 31 Agustus

Fluktuasi Harga Energi

Krisis di Libya saat ini telah meningkatkan harga minyak dunia, tetapi sebuah laporan dari JP Morgan meramalkan adanya koreksi yang cukup signifikan. Akhir-akhir ini memang harga energi khususnya minyak bumi berfluktuasi. Untuk perusahaan yang sangat terkait dengan harga bahan bakar minyak (termasuk produk turunannya), fluktuasi ini mengganggu cash-flow.

Hal ini menimpa semua perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk efisien dan fleksibel menentukan daya saing dan daya tahan. “Tidak dapat dipungkiri, dari banyak pengalaman kami efisiensi energi di perusahaan masih sangat rendah baik di manufaktur maupun jasa. Masih banyak perusahaan yang bekerja menggunakan asumsi lama serta pola pikir lama, bahwa harga energi yang selama ini rendah akan tetap rendah. “Penghematan 1-2% setahun, jika dilakukan selama 5 tahun akan memberikan kita tambahan marjin 5% yang sangat berharga.” ujar Suwandi, Consulting Director SSCX.

Jika kita ingat lagi, seperti diceritakan dalam buku Freakanomic, kita berpindah dari kuda ke kendaraan bermotor karena tingginya harga makanan kuda dan tingkat polusi (kotoran kuda), seluruh asumsi berubah. Saat ini, tingginya harga energi juga akan mengubah asumsi-asumsi yang ada dan bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya.

Rendahnya Kepercayaan Investor

Meskipun lembaga pemeringkatan investasi telah menaikkan rating investasi di Indonesia, namun kepastian hukum dan isu terorisme masih membayangi benak para investor. Perbankan nasional juga sangat selektif mengucurkan kredit dan lebih menyukai kredit konsumer yang memiliki marjin lebih tinggi dan risk yang lebih rendah.

Ini kondisi yang tidak ideal untuk kita, kucuran kredit untuk pembelian peralatan produksi yang lebih efisien, lebih modern, menjadi lebih sulit. Terlebih untuk sektor yang tidak dinilai sebagai primadona oleh perbankan. Solusi yang lebih kreatif dan tidak kenal lelah untuk meningkatkan kapasitas mendekati kapasitas terpasang (teroritis) atau meningkatkan efisiensi dengan peralatan dan teknologi yang lama menjadi pilihan.

Baca juga  Bagaimana cara kerja pemimpin yang agile?

Lima hal ini dihadapi oleh mayoritas perusahaan. Anda dapat melihat bahwa setiap tantangan ini menyediakan sebuah peluang bagi perusahaan. Kompetitor Anda jika berada di sektor yang sama, berbisnis dengan model yang sama, menggunakan peralatan yang serupa, teknologi yang setara, sumber daya manusia yang setara, hampir dipastikan memiliki tantangan dan peluang yang sama pula. Yang akan menang adalah yang mengambil tindakan.