“Salah satu yang penting bagi kami adalah respect for humanity. Semua orang punya kelemahan dan kelebihan,” – Irawan Santoso, Presiden Direktur Omron Manufacturing of Indonesia.
Keberadaan penyandang disabilitas masih tersisihkan dari masyarakat yang disebabkan oleh stigma negatif yang telah terlanjur dilabelkan oleh sebagian besar masyarakat.
Hal tersebut ternyata juga berdampak pada dunia kerja dan tersedianya kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di Indonesia. Padahal pemerintah, dalam Undang-Undang No.4 tahun 1997, menetapkan ketentuan kuota 1% yang mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki 100 orang karyawan untuk mempekerjakan 1 orang penyandang disabilitas.
Namun, karena masih banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang kurang peduli untuk memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas, aturan tersebut hanya sekedar aturan tertulis saja.
Untungnya, tidak semua perusahaan di Indonesia memperlakukan aturan tersebut seperti disebutkan di atas. Masih ada beberapa pemimpin perusahaan di Indonesia yang peduli akan keberadaan dan peran penyandang disabilitas di lingkungan kerja. Salah satunya Irawan Santoso, Presiden Direktur Omron Manufacturing of Indonesia (OMI).
“Disabilitas seharusnya tidak menjadi halangan selama orang tersebut memiliki kemampuan yang dibutuhkan dan keahlian untuk melakukan pekerjaannya,” jelas Irawan saat ditemui di kantornya di kawasan East Jakarta Industrial Park (EJIP), Cikarang.
Berdasarkan data global, saat ini sekitar 15 persen dari jumlah penduduk di dunia adalah penyandang disabilitas, artinya lebih dari satu miliar orang. Jumlah ini termasuk kelompok minoritas terbesar di dunia.
Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan perhitungan WHO, diperkirakan 10 persen dari penduduk Indonesia (24 juta) adalah penyandang disabilitas.
Untuk itulah menurut pria yang sudah memimpin perusahaan pembuat peralatan otomatisasi pabrik dan mesin produksi lebih dari 20 tahun itu, perusahaan berusaha memperbaiki kesalahan konsep dari aturan mempekerjakan penyandang disabilitas dengan sebuah pemikiran yang sederhana.
“Salah satu yang penting bagi kami (OMI) adalah respect for humanity. Semua orang punya kelemahan dan kelebihan,” jawab Irawan santai.
Pria yang juga senang bermain musik di waktu senggangnya ini menjelaskan bahwa pengembangan man power skill sangat penting agar perusahaan tetap memiliki value. “Intinya itu manusia dan komunikasi. Dunia itu cepat sekali berubahnya, teknologi akan semakin canggih, tapi yang penting itu orang di dalamnya, karena faktor itulah yang tetap menjaga karakter dari sebuah perusahaan,” katanya tegas.
Sehingga menurutnya, perusahaan tidak pernah punya masalah mempekerjakan penyandang disabilitas dan pemikiran inilah yang terus-menerus ditekankan di jajaran manajer.
Bahkan, sebagai bukti komitmen serius OMI terhadap pekerja disabilitas di Indonesia, OMI membuat sebuah gerakan di antara pelaku industri. Tujuannya untuk membuka wawasan mereka bahwa para penyandang disabilitas adalah bagian dari angkatan kerja yang berkualitas dan kompetitif. Melalui seminar kecil dan penayangan video, Irawan dan jajaran manajemen lainnya membuat showcase keterampilan dari para penyandang disabilitas yang bekerja di perusahaannya.
“Dibanding para pekerja lainnya, para penyandang disabilitas ini rata-rata memiliki fokus kerja yang lebih baik dan lebih teliti, loh,” ucapnya bangga.
Kini, perusahaan yang memiliki 2600 karyarwan dan mampu memproduksi hingga 150 juta komponen teknologi sensor pertahunnya itu telah menggaji lebih dari 30 karyawan penyandang disabilitas. “Kami tidak fokus pada kelemahan mereka. Kelebihan merekalah yang kami pakai,” tuturnya.***