Malaysia Airlines (MAS) menderita pukulan berat setelah pesawat Boeing 77 bernomor penerbangan MH370  menghilang pada 8 Maret saat bertolak dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Pesawat tersebut mengangkut 230 penumpang dan awak.

Lalu setelahnya, pada 17 Juli, Malaysia Airlines MH17 jatuh di Ukraina dan menewaskan 298 penumpang serta awak. Diduga, penyebab peristiwa adalah serangan roket.

Dua tragedi yang terjadi dalam waktu yang berdekatan ini membuat MAS mengalami kerugian yang makin memburuk.  Untuk itu, agar kembali untung, MAS siap melakukan restrukturisasi perusahaan dengan merumahkan 6.000 pekerjanya.

Pejabat Khazanah Nasional Berhad, Tan Sri Azman Mokhtar, mengatakan, semua pekerja tersebut akan menjalani proses pemberhentian secara bertahap dalam tempo 10 bulan.

“Pemberhentian tersebut merupakan bagian dari 12 rancangan untuk memulihkan kondisi perusahaan itu dengan suntikan dana 6 miliar ringgit (Rp 22,2 triliun),” kata Azman seperti dikutip Antaranews.com.

Biaya restrukturisasi maskapai akan mencapai 1,6 miliar ringgit, termasuk ongkos pemecatan sekitar 6.000 dari 20.000 tenaga kerja.

Begitupun yang dituliskan di The Wall Street Journal,  lembaga investasi pemerintah Malaysia berencana membelanjakan enam miliar ringgit guna kembali menghidupkan Malaysia Airlines. Dalam rencana tersebut, maskapai nasional Negeri Jiran itu akan memangkas 30 persen  tenaga kerja dan berhenti melayani rute kering laba.

Malaysia Airlines System Bhd akan kembali privat pada akhir tahun dengan ongkos 1,4 miliar ringgit, demikian Khazanah Nasional, firma investasi milik pemerintah Malaysia. Khazanah telah memiliki sekitar 70 persen saham Malaysia Airlines dan berencana membeli sisa kepemilikan dari para investor ritel serta pemegang saham lain.

Malaysia Airlines telah menghapuskan sebagian rute penerbangan jarak jauh. Menurut Azman, proses perampingan perusahaan terus akan berlanjut  dengan berfokus pada rute jarak pendek, termasuk penerbangan ke Australia dan Jepang. Namun, sejumlah penerbangan jarak jauh, seperti London, tetap akan dilayani. Manajemen maskapai akan menentukan rute mana lagi yang akan dihapus pada masa depan.

Baca juga  Line Up Pembicara OPEXCON 21 November 2024

Selain itu, Khazanah akan berinvestasi hingga tiga miliar ringgit untuk menghapus utang dan menyediakan modal.

Perusahaan akan menganggkat dewan direksi serta direktur utama baru pada 1 Juli 2015. Ahmad Jauhari Yahya, direktur utama yang menjabat sekarang, akan tetap memimpin dalam masa transisi.

Malaysia Airlines juga akan kembali membicarakan sebagian besar kontrak pasokan, ujar Azman. Para analis telah mengecam maskapai karena menandatangani sejumlah kontrak yang menambah ongkos pembelian.

Namun demikian, Malaysia Airlines diperkirakan kembali mencatat keuntungan dalam waktu tiga tahun atau menjelang 2017.***