Fokus pada pemborosan merupakan kunci lean. Untuk mengurangi pemborosan, perlu dilakukan identifikasi, memahami apa adanya, dan kemudian menghilangkannya melalui perubahan proses. Bagi engineers, masalah waktu adalah prioritas. Mereka ingin menghilangkan waktu yang terbuang dan waktu yang tidak menambah nilai dengan membuat perubahan proses sehingga dapat mengurangu waktu operasi.

Lean paling efektif dilakukan pada pekerjaan transaksional yang sifatnya berulang. Yang mana proses dapat dipelajari dan penilaian bisa dibuat dengan membuat perbandingan antara aktivitas yang menambah nilai vs aktivitas yang tidak menambah nilai, dan kemudian menciptakan pemikiran yang bisa digunakan untuk menghilangkan aktivitas yang tidak akan dibayar pelanggan.

Di lantai produksi, proses cenderung terdefinisi dengan baik. Namun meskipun alirannya linear, celah ketidakpastian tentang apa yang harus dilakukan ketika material tiba masih sangat mungkin terjadi, dengan menggunakan lean kita dapat menyederhanakan tugas tersebut. Kemudian, melalui perbaikan berkelanjutan, pemborosan bisa berkurang dan waktu output per unit pun meningkatkan.

Lean adalah tentang menghargai orang (people). Dengan keteraturan di lantai produksi, ketidaksesuaian kapasitas dapat terlihat secara visual dengan segera. Ketika pekerjaan menumpuk di depan workstation yang memiliki kelebihan beban, semua orang akan tahu bahwa ada masalah dalam proses. Dalam waktu singkat, perusahaan dapat mengambil keputusan untuk menambahkan sumber daya, menyeimbangkan konten pekerjaan kembali, atau mengurai pemborosan. Dengan demikian, sistem akan bekerja dengan sangat baik.

Dalam perkembangannya, sekarang lean sudah diterapkan di luar lantai produksi. Secara teori, cara kerjanya sama, misal diterapkan di industri jasa. Implementasi lean di industri jasa hampir sama dengan penerapan Lean Enterprise pada industri manufaktur, dan seringkali menggunakan teknik dan ‘tools’ yang sama. Karena itu, dalam bisnis layanan jasa juga terdapat beberapa bentuk pemborosan seperti halnya dalam industri manufaktur, yang dapat menghambat operasional dan merugikan perusahaan. Seperti, pudarnya loyalitas, hilangnya kepercayaan pelanggan, berkurangnya profit, yang akan mempengaruhi image perusahaan di mata umum secara langsung.

Baca juga  Efisiensi vs. Efektivitas: Prioritas Manakah yang Lebih Utama?

Jika digunakan lebih spesifik di proses back-office, maka tantangannya akanjauh lebih kompleks. Back office memiliki lebih banyak variasi dalam konten pekerjaan karena aliran permintaan tidak terikat oleh batasan pekerjaan dalam proses. Untungnya, teori lean memiliki jawaban yang sederhana: Perbaiki alur proses, seragamkan konten pekerjaan, kurangi judgment, dan standarisasi hasil. Semua ide bagus, tetapi ini tidak selalu berlaku di back office. Sementara, di industri jasa, baik itu proses, input, ataupun output semua berbasis orang. Untuk membuat proses ini berhasil, penilaian dan sentuhan pribadi menjadi hal penting yang dibutuhkan. Ingat bahwa tidak ada checklist yang dapat menangani keluhan pelanggan secara efektif; tidak ada pekerjaan standar yang cukup fleksibel untuk menangani situasi yang tidak terduga; di sisi lain pelanggan bisa memberikan respons yang sangat buruk.

Sistem people tentu berbeda, bahwa benar lean dapat membantu menghilangkan pemborosan yang ada dalam sistem tetapi yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita meningkatkan kemampuan orang-orang dalam menyelesaikan masalah dan membangun hal-hal yang berkaitan dengan self-reliance, atau kebiasaan mengandalkan diri sendiri (utamanya mereka yang berada di shopfloor). Mengapa demikian? Karena transformasi lean adalah mengenai perilaku yang mendorong penggunaan tools dan metode.