Saat ini isu human-capital di dalam organisasi telah menimbulkan tingkat awareness yang lebih tinggi dari sebelumnya. Para CEO meyakini bahwa mereka harus meningkatkan investasi pada strategi leadership development. Karena hal itulah yang akan membawa organisasi pada penanaman budaya perbaikan terus-menerus (continuous improvement) dan value yang kuat.
Baru-baru ini McKinsey merilis hasil studi tentang perilaku paling penting bagi seorang pemimpin sukses dalam menciptakan budaya continuous improvement di dalam organisasi.
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa hanya ada empat perilaku penting yang harus dimiliki para pemimpin continuous improvement:
1. Sportif
Ini adalah salah satu dari perilaku kepemimpinan yang paling penting dalam menciptakan budaya perbaikan terus menerus (continuous improvement). Pemimpin yang mendukung karyawan mereka, baik itu hasilnya sukses ataupun gagal, dapat membangun kepercayaan dan respect di lingkungan kerja. Yang artinya juga dapat mendorong kreativitas, efisiensi, dan kolaborasi. Karyawan yang dapat merasakan peran pemimpin seperti ini memiliki peluang lebih besar untuk mengidentifikasi celah perbaikan, sehingga dapat membangun budaya continuous improvement yang lebih kuat di dalam organisasi.
2. Berorientasi pada hasil yang kuat
Komunikasi, keterlibatan dan penetapan tujuan adalah perilaku penting bagi peran seorang pemimpin, tetapi mereka tidak menghasilkan apa-apa tanpa fokus langsung untuk mendapatkan hasil. Studi McKinsey mengatakan bahwa pemimpin dengan orientasi hasil yang kuat mendorong produktivitas dan efisiensi, yang pada hasil akhir dalam pekerjaan yang lebih baik, lebih banyak perbaikan, dan pada akhirnya, berdampak pada hasil yang lebih baik juga. Banyak praktisi Lean mengatakan untuk fokus pada proses, tetapi organisasi terbaik juga menetapkan tujuan dan menggunakan proses yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
3. Mencari perspektif yang berbeda
Para pemimpin yang baik tahu benar bahwa pendapat mereka tidak selalu tepat, dan yang paling sering adalah para karyawan mereka lebih berkualitas untuk membuat penilaian yang akurat. Mengambil berbagai perspektif untuk mempertimbangkan pengetahuan yang lebih luas, memungkinkan para pemimpin untuk membuat keputusan yang baik bagi lingkungan kerja mereka.
4. Memecahkan masalah dengan efektif
McKinsey menjelaskan pemecahan masalah sebagai proses yang mendahului pengambilan keputusan, yaitu pada saat informasi dikumpulkan, dianalisa, dan dipertimbangkan. Namun, ternyata hal tersebut bukanlah satu-satunya cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah. Karena pemimpin tidak mungkin mengawasi segala sesuatu yang terjadi di dalam organisasi. Para pemimpin terbaik justru mengumpulkan informasi dari karyawan yang berada di garis depan untuk memastikan bahwa mereka memiliki semua informasi yang mereka butuhkan untuk memiliki analisa yang akurat, melibatkan para karyawannya untuk ikut berperan dalam memecahkan masalah sehingga hasil keputusan pun dapat memperoleh keseimbangan yang tepat.***