Industri manufaktur global telah menyadari pentingnya faktor keselamatan di area kerja sebagai bagian dari budaya perusahaan. Pada 2012, data menunjukkan sekitar 502.800 kejadian cedera fatal dan penyakit yang dialami oleh para tenaga kerja manufaktur di Amerika Serikat dari total 11.268.906 industri yang ada. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja di AS, di tahun tersebut ada 314 karyawan manufaktur tewas dalam insiden yang berhubungan dengan pekerjaan.
Jika Anda berpikir bahwa jumlah itu sangat banyak, anda benar. Tapi, dua puluh tahun lalu, jumlah kecelakaan dan sakit yang dialami tenaga kerja manufaktur di Amerika mencapai angka 2 juta lebih, dengan catatan pada tahun 1994, populasi manufaktur AS lebih besar daripada saat ini yaitu 18.321.000. Di tahun tersebut, 789 pekerja tewas ketika melakukan pekerjaannya. Jadi, dalam waktu kurang dari 20 tahun, tingkat kecelakaan di industri manufaktur telah berkurang hampir separuhnya.
Dibandingkan 20 tahun yang lalu juga, kebanyakan pabrik saat ini sudah lebih bersih, rapi dan lebih terorganisir dengan baik. Survey yang dilakukan oleh lembaga survey global menguatkan urgensi untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, yang telah menjadi bagian dari budaya perusahaan sekarang ini. Survey tersebut menunjukkan lebih dari 90% bisnis manajer mengatakan bahwa mengelola kesehatan dan keamanan sudah menjadi bagian dari budaya perusahaan mereka. Bahkan 3 dari 4 perusahaan yang mengikuti survey mengatakan standar keselamatan perusahaan mereka telah melampaui persyaratan hukum dan peraturan pemerintah. Sementara 70% dari usaha kecil mengatakan mereka mengambil tindakan tambahan untuk meningkatkan keamanan di lingkungan kerja mereka.
Hasil ini, menurut DNV GL, sebuah perusahaan sertifikasi terkemuka, juga karena adanya perubahan sikap mengenai pentingnya keselamatan kerja. DNV GL melakukan survey ini kepada lebih dari 3.860 profesional. DNV menemukan bahwa perusahaan telah beralih dari sikap reaktif terhadap masalah operasional, dan lebih mengembangkan budaya perusahaan pada kesehatan dan keselamatan kerja.
Selain itu, survey lain juga menunjukkan adanya keseriusan dalam hal menangani resiko keselamatan kerja. Tiga puluh lima persen responden yang melibatkan para pengusaha, mengatakan bahwa mereka ingin menghabiskan waktu mereka untuk mengatasi resiko dari keselamatan kerja di tahun 2014 ini.
Namun demikian, survey dari DNV juga menunjukkan masih adanya kecenderungan perusahaan fokus pada masalah operasional daripada pandangan strategis mengenai keamanan dan keselamatan kerja. Hal ini terlihat dari 48% perusahaan menjawab lebih mengelola regular site dan hanya 37% yang memilih untuk mengembangkan strategi dalam hal keselamatan kerja ketika ditanya tindakan yang paling efektif yang bisa mereka ambil.
Selain karena masih tingginya angka yang fokus pada masalah operasional, kurangnya sumber daya keuangan (31%) dan fokus pada hasil jangka pendek (26%) juga menjadi alasan utama mengapa perusahaan masih kurang melakukan upaya peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja.
Contoh ini terjadi di industri minyak dan gas, lima perusahaan besar profitnya mencapai $ 1 triliun dalam dekade terakhir ini. Dari tahun 1974-2013, menurut sebuah publikasi terbaru dari broker asuransi Marsh, terjadi 100 kerugian terbesar di industri hidrokarbon yang merugikan perusahaan sebanyak $34 Milyar. Meskipun kecelakaan kerja tersebut tidak secara jelas terungkap, namun menurut Andrew Furlong, direktur kebijakan dan komunikasi Institution of Chemical Engineers, pada kenyataannya, kerugian finansial perusahaan lebih besar dari 10.000 insiden yang terjadi selama 40 tahun terakhir.
Ingat bencana meledaknya platform produksi minyak dan gas milik Piper Alpha di tahun 1988? Tragedi ini menewaskan 167 pekerja. Apakah hal ini menyangkut biaya atau ketidaksiapan perusahaan untuk serius menciptakan strategi menyangkut keselamatan kerja?***
Sumber data: www.industryweek.com