Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa (14/2) memaparkan beberapa kegiatan prioritas yang akan dijalankan oleh Kemenperin pada tahun 2023, antara lain Indonesia kembali dipercaya untuk menjadi partner country pada Hannover Messe 2023.
“Hannover Messe 2023 tidak hanya sebagai ajang promosi bagi Indonesia, tetapi juga untuk menunjukkan kesiapan dan kapabilitas sektor manufaktur Indonesia menuju era digital. Event ini juga membuka jalan yang lebar bagi masuknya investasi ke dalam negeri maupun kemitraan pelaku industri pada jaringan rantai suplai global (global supply chain),” paparnya.
Program selanjutnya adalah penumbuhan WUB di daerah potensial yang dilakukan melalui bimbingan teknis kewirausahaan dengan proporsi 30% teori dan 70% praktek.Selain itu fasilitasi mesin produksi dalam negeri dan sertifikat TKDN. Pada tahun ini ditargetkan sebanyak 22.725 WUB yang akan dilatih.
Untuk pelaksanaan program pendidikan vokasi di bawah pengelolaan Kemenperin, program yang akan dilaksanakan adalah Diklat 3 in 1 untuk menyiapkan tenaga kerja yang langsung dapat bekerja di industri pada daerah potensial. Tahun 2023 ini ditargetkan 26.000 peserta dapat mengikuti program tersebut.
Sebagai upaya meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, Kemenperin kembali memberikan fasilitasi sertifikasi TKDN pada tahun 2023 sekurang-kurangnya untuk 2.000 sertifikat produk.“Guna mengakselerasi program fasilitasi ini, kami telah menerbitkan dua Permenperin, yaitu Nomor 43/2022 dan Nomor 46/2022,” ujarnya.
Selain itu, Kemenperin akan melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan industri tekstil sebagai upaya mengakselerasi peningkatan kinerja industri TPT di pasca pandemi Covid-19. “Adapun target perusahaan peserta program minimal sebanyak 16 perusahan,” ungkapnya.
Sementara itu, terkait kebijakan hilirisasi industri berbasis pengolahan sumber daya mineral logam, Kemenperin fokus pada lima komoditas, yaitu industri berbasis bijih tembaga, industri berbasis bijih besi dan pasir besi, industri berbasis bijih nikel untuk stainless steel dan bahan baku baterai, industri berbasis bauksit, serta industri berbasis monasit, dan sumber potensial lainnya, seperti logam tanah jarang.
“Berdasarkan data Kemenperin per 1 Februari 2023, terdapat 91 smelter di Indonesia dengan perincian 48 telah beroperasi, dan lainnya dalam tahapan feasibility study dan kontruksi,” ungkapnya. Sedangkan dari lokasinya, jumlah smelter terbanyak berada di Provinsi Sulawesi Tengah (25 smelter), Maluku Utara (22 smelter), Sulawesi Tenggara (12 smelter), Kalimantan Barat (10 smelter), dan terdapat 34 smelter yang terletak di berbagai provinsi lainnya.
“Dari 48 smelter yang telah beroperasi tersebut, smelter nikel memiliki total kapasitas produksi sebesar 262.560 ton per tahun, investasi mencapai Rp5,55 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.337 orang,” sebutnya.
Kemudian, smelter besi baja memiliki total kapasitas produksi sebesar 1,6 juta ton per tahun, investasi mencapai Rp15,96 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.729 orang. Untuk smelter tembaga memiliki total kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun, investasi mencapai Rp266 milliar, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 525 orang. Selain itu, smelter aluminium memiliki total kapasitas produksi 544.563 ton per tahun, investasi Rp15,66 triliun, dan penyerapan tenaga kerja 1.893 orang.
Menperin memberikan sebuah ilustrasi, apabila dilakukan hilirisasi untuk komoditas yang akan dibatasi ekspornya, akan memberikan potensi besar untuk penyerapan tenaga kerja, penambahan kapasitas produksi, dan meningkatnya nilai investasi.
Sebagai contoh, pada tahun 2022, Indonesia mengekspor bijih bauksit dan konsentratnya sebesar 17,8 juta ton. Apabila bijih bauksit ini dihilirisasi menjadi alumina, dapat menjadi 8,9 juta ton alumina yang akan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 13.011 orang, dengan potensi nilai investasi sebesar Rp104 triliun.
“Apabila dilakukan hilirisasi menjadi aluminium ingot, akan menjadi 4,5 juta ton aluminium ingot yang dapat menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 36.885 orang, dengan kebutuhan nilai investasi sebesar Rp455 triliun,” sebutnya.
Untuk komoditas tembaga, Menperin mengemukakan, pada tahun 2022 Indonesia mengekspor bijih tembaga dan konsentratnya sebesar 3,1 juta ton. Hilirisasi komoditas tersebut menjadi katoda tembaga (copper cathode) berpotensi menyerap tenaga kerja sebanyak 1.045 orang dengan potensi kebutuhan nilai investasi sebesar Rp5,5 triliun.
Sedangkan, terkait komoditas nikel, Menperin menyampaikan bahwa bijih nikel dan konsentratnya saat ini sudah dilarang ekspor sehingga terjadi potensi hilirisasi yang dimulai dari FeNi/NPI. Jumlah ekspor FeNi/NPI saat ini mencapai 5,8 juta ton. “Apabila dilakukan hilirisasi ke slab stainless steel, akan dapat menyerap 8.661 orang dengan nilai investasi Rp15 triliun, dan apabila dilakukan hilirisasi menjadi hot rolled stainless steel akan dapat menyerap 5.573 orang dengan investasi Rp8,5 triliun,” tutur Agus.