Sumber Image: pexels.com
Sumber Image: pexels.com

Menurut survei yang dilakukan DHL Supply Chain lebih dari 6 dari 10 pengusaha makanan di Indonesia mengharapkan pertumbuhan sebesar 6% atau lebih tahun ini.

Operator logistik global tersebut melakukan survei terhadap lebih dari 300 pengambil keputusan dalam industri ini di India, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Seperti hasil rilis yang dilaporkan oleh DHL kepada beberapa media pada Rabu (9/9/2015), survei tersebut menemukan bahwa 1 dai 4 pengusaha ritel makanan di beberapa negara yang pertumbuhan ekonominya tercepat di Asia mengharapkan pertumbuhan sebesar 10% atau lebih tahun ini sebagai hasil dari peningkatan populasi dan pendapatan.

Namun demikian, survei tersebut juga menemukan bahwa 73% pengusaha Indonesia tidak menyadari total biaya logistik mereka. Ini merupakan proporsi tertinggi dari tiap negara yang disurvei. Hal tersebut dapat berdampak kepada kemampuan mereka dalam menjaga pasokan dan pemesanan karena permintaan dan faktor-faktor persaingan yang terus meninggi.

Vice Precident – Retail, DHL Supply Chain Asia Pasific, Dean Eichorn mengatakan bahwa peningkatan pesat dalam daya beli, ditambah dengan gelombang permintaan yang didorong oleh pertumbuhan populasi jelas akan berdampak besar pada keuntungan pengusaha ritel makanan.

“Kesuksesan setiap pengusaha makanan pada akhirnya bergantung pada kelincahan rantai pasokan mereka saat dihadapkan dengan gejolak permintaan, fluktuasi musiman, dan faktor-faktor rumit pasar lainnya.”

Selain itu, penelitian tersebut juga menekankan temuan bahwa pengusaha ritel makanan semakin berhadapan dengan resiko besar yang disebabkan oleh permintaan dan pasokan dalam operasional mereka. Di 4 negara yang disurvei, pengiriman pasokan yang terlambat adalah masalah yang paling mengkhawatirkan mereka, sementara 36% mengakui bahwa gejolak permintaan memiliki dampak besar terhadap bisnis.

Masalah seputar kinerja rantai pasokan dan biaya berbeda di setiap wilayah, pasokan yang rusak dan pengiriman yang terlambat menjadi masalah yang paling menonjol diantara responden Indonesia.

“Banyak dari kekhawatiran tersebut jadi semakin besar karena sebagian besar dari pengusaha ritel makanan tidak memiliki visibilitas terhadap operasional logistik mereka, apalagi sumber daya atau keahlian untuk meningkatkan dan mengoptimalkannya,” kata Eichorn.

Baca juga  10 Langkah Ciptakan Perubahan dengan Kaizen

Walaupun 2 dari setiap 3 pengusaha makanan Indonesia masih tidak melacak setiap aspek dari rantai pasokan mereka, minoritas yang signifikan melihat bahwa optimasi inventaris (41%) dan teknologi pengelolaan gudang (38%) menguntungkan operasional mereka.

“Kunci pertumbuhan dan perluasan di industri ini dan wilayah berkembang dengan tren yang sama, adalah bagaimana operator secara efektif bisa memanfaatkan keahlian pihak ketiga dan managed solution dalam segala hal, mulai dari teknologi hingga pengelolaan rantai pasokan end-to-end, sehingga untuk pengusaha yang ingin melakukan lompatan besar dalam kompetisi dan berada di atas kompleksitas pertumbuhan, inilah saatnya untuk merangkul prinsip-prinsip pengelolaan pasokan,” jelas Eichorn.

Selain itu, laporan tersebut juga menyatakan untuk sebagian besar pengecer, kekuatan dan kelincahan rantai pasokan mereka menjadi faktor penentu yang akan membuat atau justru menghancurkan layanan pelanggan mereka. Dengan harapan meningkatnya peningkatan konsumen kelas mengengah menanggapi permintaan dan fluktuasi biaya, mereka dituntut mengembangkan cara-cara baru untuk membedakan diri terhadap persaingan yang semakin ketat. ***

Mengenai penelitian:

Dilakukan oleh Redshift Research atas nama DHL Supply Chain, laporan Hungry for Growth mengumpulkan respon dari Desember 2014 hingga April 2015 dari lebih dari 300 pekerja profesional ritel makanan di India, Thailand, Indonesia dan Vietnam. Laporan ini mendefinisikan “ritel makanan” sebagai pengusaha ritel yang menjual makanan kepada konsumen terutama untuk konsumsi off-premise, termasuk (tidak terbatas pada): toko grosir, convenience store, hypermarket, supermarket dan toko yang menjual produk khusus seperti toko daging dan toko roti.