Karyawan adalah aset terpenting bagi Toyota, dan di tangan karyawan-lah kejayaan dan kejatuhan Toyota berada.” – Eiji Toyoda.

Dengan rasa kagum dan terima kasih, begitulah Eiji Toyoda dikenang oleh dunia Continuous Improvement. Walaupun telah berpulang pada usianya yang ke-100, posisi sang master sebagai salah satu inovator terbesar di dunia operation tetap tak tergoyahkan. Sebagai salah satu pemimpin yang membawa Toyota mencapai puncak kejayaannya, perkembangan budaya Toyota dan Toyota Production System terjadi dibawah pengawasannya.

Hanya sebagian kecil dari senior manajemen yang mampu melakukan apa yang dilakukan Eiji Toyoda, tulis Bill Waddell pada artikelnya. Semua orang mengatakan, inovasi adalah hal yang sangat penting. Sayangnya, kata-kata tersebut tidak ditujuan untuk diri mereka sendiri. Mereka pikir orang lain-lah yang harus lebih inovatif. Pekerjaan sebagai manajer pada umumnya bagaikan mengukir kuburan batu; Anda bisa menciptakan berbagai relif indah didalamnya, tapi tidak ada celah terbuka untuk melakukan perubahan.

Yang membuat Eiji Toyoda mendapat reputasi luar biasa adalah kenyataan bahwa ia berbeda dari manajer pada umumnya. Dia adalah inovator ulung pada saat semua orang tidak mau berinovasi, dan fokus inovasinya tidak selalu mengarah kepada produk, tapi lebih sering kepada proses dan manajemen.

Prinsip Kepemimpinan Eiji Toyoda

Manajemen adalah tentang pengambilan keputusan. Siapa yang punya otoritas untuk membuat keputusan? Informasi apa yang mereka miliki sebagai dasar pembuatan keputusan? Adakah peraturan dan prioritas yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan? Tantangan semacam itu telah dijawab oleh Eiji, yang membuatnya menjadi salah satu business leader paling sukses dan paling dipuji abad ini. Eiji Toyoda tidak memonopoli hak pengambilan keputusan; ia memberikan hak tersebut kepada karyawannya juga. Inilah yang membedakan Toyota dari pesaingnya, General Motors: Toyota membuat keputusan-keputusan yang lebih baik.

Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Mengapa Toyota ‘rela’ menyerahkan pengambilan keputusan kepada karyawan di level bawah? Jawabannya sederhana: karena karyawan adalah pihak yang berada paling dekat dengan objek dari keputusan tersebut. Mereka membuat keputusan dengan konsensus, bukan dengan mandat. Keputusan diambil setelah melakukan gemba, bukan pada rapat direksi di remote area. Keputusan diambil berdasarkan visual control, andon, sinyal kanban, alih-alih berdasarkan data yang dikirim melalui media digital. Inilah prinsip kepemimpinan Toyota yang dipegang teguh oleh Eiji Toyoda.

Prinsip tersebut jugalah yang diterapkan olehnya di NUMMI, perusahaan joint-venture Toyota dan General Motors. Dengan demikian, Eiji Toyoda-lah yang berjasa dalam memperkenalkan dan mengembangkan budaya Toyota dan sistem produksi Lean Manufacturing di Amerika Serikat. Silakan tanya mengenai hal ini kepada Lean Enterprise Institute dan Tesla Motors. Beliau juga berjasa dalam menujukkan value dari pembatasan Work-In-Process dan strategi Toyota menghindari overproduction dengan menyediakan ruang dan sumber daya untuk menjalankan sistem kanban. Silakan tanya komunitas agile-lean-kanban tentang ini. Ia juga membangun budaya Kaizen dengan menjadi pemimpin yang menghidupkan konsep Kaizen dengan teladan, selama seperempat abad.

“Ketika para manajer di level atas membuat keputusan, mereka bagaikan sedang mengibarkan bendera. Tidak ada gunanya jika karyawan tidak mengikuti petunjuk bendera tersebut,” kata Eiji Toyoda suatu ketika.

Gunakan Kepala Anda, Pesan Eiji

Cara-cara kepemimpinan yang ditunjukkan Eiji Toyoda di Toyota menjadi kunci suksesnya membawa sebuah perusahaan otomotif menuju puncak bisnisnya. Sebuah artikel menarik oleh Jon Miller merangkum beberapa hal yang bisa menjadi “jendela” bagi kita yang tertarik untuk mengintip sepak terjang tokoh yang sangat dikagumi ini.

Beberapa orang yang mengenal Eiji Toyoda mengenangnya sebagai seorang insinyur yang sangat menyukai aktifitas gemba di pabrik. Selalu ada lempengan logam di sol sepatunya, karena sering berjalan di pabrik, diantara mesin-mesin yang sedang beroperasi. Dalam menjalankan kepemimpinan, inilah pesan Eiji untuk para manajer Toyota:

“Saya ingin Anda menggunakan kepala Anda sendiri. Dan saya ingin Anda secara aktif melatih karyawan untuk berpikir bagi diri mereka sendiri.”

Eiji Toyoda dikabarkan sangat mementingkan kemampuan berpikir seorang pemimpin. Ia pernah membuat pernyataan terkenal mengenai continuous improvement, “Ini bukan soal berpikir mekanis. Anda bisa mendapatkan air bahkan dari handuk yang kering jika Anda memakai pikiran Anda.”

Baca juga  Indonesia di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added 

Pernyataan ini kerap diambil sebagian, hanya pada “bukan soal berpikir mekanis”, sehingga sering terjadi kesalah-pahaman bahwa continuous improvement adalah metode yang mempekerjakan karyawan tanpa belas kasihan, dan “memeras habis” semua waste dan cost dalam setiap proses. Apa yang diajarkan Eiji sebenarnya adalah kita harus bisa menyingkirkan bias dan prasangka, dan berpegang kepada kemampuan berpikir dan kreatifitas dari setiap orang. Jangan pernah menyerah mencari cara terbaik untuk melakukan sesuatu.

Eiji mengajarkan untuk berpikir positif ketika melakukan kesalahan. “Kesalahan Anda adalah guru Anda,” katanya. Ia bukan hanya menyarankan operator untuk menghentikan lini ketika ada masalah, tapi ia mewajibkan hal tersebut. Ketika para insinyur dan manajer membuat kesalahan (yang tentunya menimbulkan biaya lebih besar dibandingkan kesalahan yang dilakukan karyawan biasa), ia memberitahu mereka dan menganggap kesalahan tersebut sebagai sebuah cara untuk mendidik mereka.

Dalam buku Inside the Mind of Toyota, Eiji Toyoda digambarkan memiliki kepercayaan mengenai pentingnya membangun kebiasaan mengidentifikasi masalah. Ia berkata, “Bagaimana Anda mengenali dan memperlakukan mereka sebagai masalah adalah tergantung kebiasaan. Jika Anda terbiasa, Anda bisa melakukan apapun yang Anda ingin lakukan.”

Selamat Jalan, Eiji Toyoda

Dunia mungkin telah kehilangan sosok pemimpin besar, namun apa yang ia ajarkan dan dedikasikan di bidang bisnis dan process improvement akan tetap diingat. Inovasi, bagi Eiji Toyoda, harus dilakukan di area yang tepat. Produk yang inovatif akan populer pada kemunculannya, namun orang akan bosan dan popularitas akan hilang. Perusahaan yang melandaskan bisnisnya pada produk yang inovatif tidak akan bertahan selamanya. Lihat saja Blackberry, minivan, VCR dan Walk Man. Berbeda dengan produk, proses yang inovatif akan bertahan lebih lama. Inilah prinsip yang selalu dipegang dan diajarkan oleh Eiji.

Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Eiji Toyoda telah mundur dari kursi kepemimpinan Toyota 21 tahun yang lalu, namun inovasi manajemen yang ia lakukan telah menjaga kapal Toyota tetap mengapung mengarungi lautan. Beliau adalah insinyur, manajer, pemimpin, chairman, penasehat, dan orang yang menjaga spirit improvement di Toyota. Tanpa perhatian besarnya untuk front line, kepercayaannya kepada karyawan, dan komitmennya kepada continuous improvement, metode dan praktek yang merangkai Toyota Production System mungkin tidak akan tertanam dengan kuat dalam budaya Toyota. Selamat jalan, Eiji Toyoda.***