McKesson merupakan sebuah perusahaan besar yang “nyaris tak terdengar”. Perusahaan yang menerapkan program improvement, Business Process Program, yang mengusung konsep-konsep Lean Six Sigma, sejak 1998. Perusahaan yang memproduksi obat-obatan dan bahan kimia ini menggunakan metode Lean Six Sigma untuk menumbuhkan “sense of ownership” diantara karyawan, sehingga karyawan bagai bekerja di perusahaan milik sendiri.

Sejarah Panjang Perusahaan Spesialis Kesehatan

Didirikan pada tahun 1833, McKesson Corp. pertama kali bergerak di bisnis import dan wholeasle obat-obatan theraputik dan bahan kimia. Pada masa itu, mereka mendistribusikan obat-obatan dengan menggunakan gerobak yang ditarik kuda. Kini, McKesson telah tumbuh menjadi perusahaan jasa penyedia solusi teknologi informasi dan juga supplier produk farmasi.

Mereka menerapkan Six Sigma sejak tahun 1998. Sebelum penerapan, mereka adalah perusahaan ketiga terbesar di dunia dalam industri pelayanan kesehatan. Kini, mereka kokoh di posisi puncak perusahaan kesehatan nomor satu dunia. Program process improvement yang dijalankan McKesson disebut Business Process. Program ini telah diterapkan di seluruh unit bisnis mereka yang berjumlah sembilan unit. Dengan adanya program Six Sigma ini, perusahaan yang tadinya berorientasi kepada fungsi telah mengalami pergeseran paradigma; kini mereka lebih berorientasi pada proses.

Nathan Mott, Vice President Business Process, menerangkan kepuasan karyawan dati segi pragmatis. “Walaupun kami adalah perusahaan besar dengan revenue lebih dari US$100 milyar, kami hanya menerima margin yang tipis,” katanya. “Jadi agak susah bagi kami untuk berkompetisi dalam besarnya gaji untuk mendapatkan bakat yang terbaik.”

Apa yang dapat ditawarkan McKesson adalah perusahaan yang menghargai process improvement dari mulai top management hingga ke seluruh sendi organisasi. “Tidak banyak perusahaan yang telah menjalankan Six Sigma selama lebih dari 10 tahun, secara konsisten dan sukses, dengan dukungan penuh dari top management.” “Kami memberikan pelatihan teknis yang intensif mengenai process improvement dan leadership, juga pelatihan komunikasi dan soft skill lainnya. Dalam proses improvement di McKesson, karyawan mendapatkan jenjang karir yang baik dan kesempatan untuk meraihnya.”
Mott menambahkan, komunitas praktisi Six Sigma di McKesson adalah kumpulan orang-orang yang penuh semangat, yang bekerja pada cutting edge di process improvement, yang mengkombinasikan Six Sigma, Lean, Kaizen dan Work-out.

Baca juga  Indonesia di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added 

Segmentasi Pelatihan dan Sertifikasi

Perpaduan dari berbagai metodologi improvement menunjukkan bahwa program pengembangan di McKesson telah berkembang dari waktu ke waktu. “Ketika kami mulai menjalankan Six Sigma, itu adalah Six Sigma murni dengan penekanan khusus kepada evaluasi data analitis,” kata Bernard Martin, senior director Business Process yang telah memegang sertifikat Black Belt.

Pada awal penerapan Six Sigma, McKesson sempat menemukan kerikil dan aral yang menghadang. Karyawan yang mengikuti pelatihan Black Belt merasa frustrasi dan terbebani.

Proyek yang dijalankan-pun terasa melelahkan dan satu-persatu anggota tim berguguran, meninggalkan Black Belt seorang diri menjalankan proyek.

Karena keadaan yang kurang menguntungkan ini, perusahaan memutuskan untuk memperkaya metode yang dipakai untuk perbaikan proses. Pendekatan lain seperti Lean diadopsi, dan perusahaan juga menggunakan berbagai tools dan metodologi lainnya. “Kami lalu berusaha untuk menata ulang sistem pelatihan kami untuk membuatnya lebih applicable terhadap kebutuhan perusahaan,” kata Martin. Pelatihan hanya diberikan kepada karyawan yang dianggap telah mampu menyerap materinya. Design of Experiments (DOE), contohnya, tidak lagi diajarkan di kelas dasar di McKesson. Materi tersebut hanya cocok untuk kelas yang lebih tinggi.

Baca selanjutnya di Bagian 2 dari Profil McKesson ini.