Berbagai riset telah menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia adalah kunci utama bagi keberlangsungan bisnis.
Industri 4.0 menghadirkan inovasi dan pabrikan pintar. Transformasi digital pun menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari, termasuk mendorong gangguan di dunia HR (SDM). Seperti yang Anda tahu, dunia HR sedang berubah, berjuang mengikuti cepatnya laju perubahan. Pertanyaannya: Apakah Anda akan menjadi tertinggal? Apakah peran Anda akan digantikan oleh mesin? Akankah sumber daya manusia menjadi kurang berharga bagi organisasi?
Dalam sebuah wawancara, partner leader PwC Carrie Duarte mengatakan untuk menghadapi era disrupsi organisasi perlu skill up atau terus mengembangkan keterampilan yang diperlukan. Tidak dapat disangkal bahwa bisnis akan terpengaruh oleh pesatnya kemajuan teknologi. Internet, otomasi, kecerdasan buatan mengubah cara bisnis beroperasi. Ini menjadi penting ketika implikasi sosial dari perubahan tersebut menjadi semakin luas. Dan tim HR akan memainkan peran penting untuk membantu perusahaan menavigasi bisnis ke medan baru.
Mempersiapkan SDM sama pentingnya dengan mempersiapkan teknologi baru. Kesenjangan keterampilan terutama di industri teknologi tinggi saat ini cukup besar. Jadi tidak mengherankan jika 79 persen CEO yang disurvei oleh PwC sangat khawatir dengan isu ini. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan jelas akan menghambat inovasi dan meningkatkan biaya tenaga kerja. Masih berdasarkan survei PwC, 46 persen CEO mengatakan untuk memperbaiki masalah ini prioritas utama perusahaan adalah melatih kembali para pekerjanya. Kemudian, di urutan kedua (18 persen) memilih untuk merekrut talent dari luar industri mereka.
Senada dengan PwC, World Economic Forum juga memproyeksikan 54 persen karyawan di semua industri membutuhkan pelatihan ulang pada 2022. Teknologi kemudian dipercaya mampu mengatasi krisis ini. Organisasi akan sukses meningkatkan keterampilan karyawannya dengan memanfaatkan teknologi sebagai model pembelajaran dalam skala besar. Contohnya, melalui podcast atau aplikasi seluler. Pendekatan ini pun menjadi revolusioner, jauh lebih menginspirasi dibanding pendekatan “top-down” yang lebih untuk membangun sistem kepatuhan.
Kesenjangan keterampilan ini akan bertambah akut seiring dengan berkembangnya teknologi dan perebutan talent. Mengingat hal ini, penting bagi perusahaan segera memahami apa saja keunggulan yang mereka miliki dan apa yang akan mereka butuhkan di masa depan.
HR Sebagai Partner
Dunia HR saat ini tengah mengalami transformasi yang cepat. Dari semula dianggap sebagai fungsi pendukung kini tim HR menjadi tool penting dalam transformasi digital. Para pemimpin HR mulai menerapkan budaya digital di organisasi masing-masing dengan memanfaatkan tool dan aplikasi untuk mendukung suksesnya transformasi. Diantaranya yaitu CISCO, Unilever, IBM, dll. Unilever berhasil mendigitalisasi proses rekrutmen, juga bereksperimen dengan media sosial dan artificial intelligent (AI). Sementara CISCO, telah memiliki solusi HR yang dinamai YouBelong@Cisco dan Ask Alex – aplikasi perintah suara untuk membantu karyawan mendapat jawaban cepat atas pertanyaan yang terkait kebijakan perusahaan.
Pendekatan baru dapat menyebabkan penolakan atau menurunnya komitmen di organisasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan metode HR secara keseluruhan yang mana membutuhkan waktu yang tidak singkat. Namun melihat derasnya perubahan, tim HR harus segera memiliki strategi baru baik itu dalam sistem perekrutan ataupun manajemen kinerja. Juga membangun infrastruktur yang lincah untuk mengganti pendekatan yang proses sentris menjadi pola pikir berbasis hasil.
Jika situasi saat ini Anda sedang melakukan ekspansi bisnis, kemungkinan besar Anda akan membutuhkan banyak talent baru. Anda perlu membuat rencana SDM dan merekrut talent yang tepat. Jika Anda gagal disini, semua upaya yang Anda lakukan untuk meningkatkan skala bisnis juga ikut terganggu. Untuk mengantisipasi kegagalan ini, manajemen harus berubah. Misalnya, dalam perekrutan. Sebelumnya, proses rekrutmen dan keputusan pengangkatan karyawan selalu dijalankan oleh tim HR, kini sebaliknya tim HR hanya menyediakan guidance sementara keputusan ada di tangan bisnis yang bersangkutan.
Seperti diungkapkan oleh Sekar Anindita, HR Country Cisco System Indonesia,“Kalau dulu, recruitment process dan hiring itu ada di HR. Nah sekarang ini sudah shift, karena leader itulah yang paling tahu kebutuhannya. Mulai dari hiring, kebutuhan skill set-nya seperti apa, experience yang dibutuhkan seperti apa. Proses ini akan membantu proses hiring yang lebih cepat, karena bisa mendapatkan kandidat karyawan lebih cepat.”
Selanjutnya, ketika Anda ingin mengoptimalkan operasi, baik itu meningkatkan kualitas, kuantitas, ataupun efisiensi maka Anda harus memastikan tim Anda telah diisi oleh orang yang tepat. Dalam hal ini Anda perlu perencanaan tenaga kerja, termasuk inventaris talent. Setelah itu lakukan identifikasi untuk mengetahui apakah ada kesenjangan keterampilan teknis di setiap bidangnya. Jika ada celah yang teridentifikasi, manajer bertanggungjawab untuk segera membuat rencana pengembangan karyawan tersebut.
“Employee development dan carrier decissions ini menarik karena kita punya carrier tools yang bener-bener di utilize oleh manajer,” ungkap Sekar. Selanjutnya informasi terkait talent dari masing – masing posisi akan dimasukkan untuk kemudian dianalisa strength dan priority mereka ada dimana.
Benar, mengoptimalkan keunggulan merupakan amunisi penting untuk tumbuh. Jika keunggulan ditempatkan di jalur yang tepat, ditambah kesempatan meningkatkan keterampilan baru – pertumbuhan akan melebihi harapan kita, eksponensial. Seperti yang dikatakan oleh Peter Drucker, “Bahaya terbesar ketika turbulensi bukanlah turbulensinya, tetapi bertindak dengan logika kemarin.” Hal ini sudah dirasakan oleh beberapa perusahaan besar. Sementara itu, kita juga bisa melihat munculnya pemain baru seperti Amazon, yang menolak menggunakan cara lama berhasil mengambil keuntungan besar dari perubahan yang dibawanya.
HR 4.0
Hari ini orang-orang muda mendominasi dunia kerja yang kebutuhan komunikasi digitalnya sama seperti halnya bernafas. Artinya, tim HR harus bisa menghadapi tantangan perubahan mulai dari model bisnis hingga penyediaan tools digital. Sama seperti organisasi, tim HR juga harus beradaptasi. Selain mengatasi perubahan di dalam fungsi mereka sendiri, tim HR harus menangani tantangan untuk melatih kembali fungsi bisnis lain tentang bagaimana beroperasi di dunia baru. Akhir kata, kita tidak bisa mengendalikan perubahan, yang bisa kita lakukan adalah membuat orang-orang tetap terdepan dalam perubahan ini.
Jika di masa lalu para profesional HR hanya fokus pada fungsi personel, seperti rekrutmen dan rencana pelatihan, mulai saat ini mereka harus merangkul HR 4.0.
Pertama, tim HR bersama organisasi harus membangun kesiapan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan untuk menjadi sukses. The Excecutive Development Associates (EDA) mengidentifikasi ada tujuh aspek kunci kesiapan tersebut yang kemudian dikenal dengan Paragon7. Aspek tersebut di antaranya adalah mental cognition, attention control, sensemaking, intuition, problem solving, dan adaptability, serta communication.
Kedua, tim HR harus dapat melakukan assessment kebutuhan sumber daya manusia di organisasinya. Sebagai permulaan, mereka perlu bekerjasama dengan fungsi bisnis lain untuk mengidentifikasi kebutuhan bisnisnya. Kemudian mereka akan merekrut orang-orang yang diperlukan dengan melibatkan unit bisnis terkait. Selain itu, tim HR juga harus memperbaiki cara mereka berjejaring dan berkomunikasi dengan pelanggan internal maupun eksternal mereka. Anda tidak lagi bisa mengandalkan cara interaksi yang lama seperti rapat tatap muka untuk setiap saat, ada baiknya mulai mempertimbangkan sarana komunikasi yang baru dan lebih efektif. Ya, dalam prosesnya, tim HR dan semua fungsi harus merangkul teknologi baru agar tetap kompetitif di bidangnya.
Ketiga, tim HR harus lebih agresif melihat peluang digital. Para pesaing Anda hampir semua bisa dipastikan sedang berjuang menciptakan perubahan. Agar tidak ketinggalan, maka Anda perlu mengikuti tren teknologi. Ini akan sangat membantu Anda memahami kondisi pasar dan menciptakan kecepatan yang sama ketika organisasi mengadopsi teknologi baru. Teknologi disini juga berarti untuk mendorong HR menciptakan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan bagi perusahaan. Misalnya, pemanfaatan teknologi dalam proses perekrutan karyawan. Teknologi artificial intelligence (AI) dapat membantu Anda memilih resume yang paling sesuai. Sementara itu berlangsung, Anda bisa mengumpulkan daftar kinerja untuk memperbaiki parameter perekrutan.