Motorola merupakan salah satu dari sekian banyak korporasi di Amerika Serikat dan Eropa yang bersaing dengan produk-produk dari Jepang. Pada awal 80an, Motorola belum memiliki program kuhsus untuk meningkatkan kualitas produk. Namun sekitar 1987 di bawah komando George Fisher, Motorola melakukan pendekatan baru di sektor komunikasi menggunakan Six Sigma.

Six Sigma berhasil memberikan “otot” ekstra kepada Motorola mencapai tujuan di awal 80an sebesar 10 kali peningkatan selama lima tahun, menjadi 10 kali peningkatan setiap dua tahun. Sebuah peningkatan yang berpusat pada proses dan perbaikan produk. Motorola pun berhasil melakukan perubahan jangka panjang, sama seperti hasil yang dicapai GE dalam beberapa tahun.

[cpm_adm id=”11784″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]

Hanya dalam dua tahun, Motorola mendapat penghargaam Malcolm Baldrige National Wuality Award. Karyawan total perusahan nai dari 71.000 pada tahun 1980 menjadi lebih dari 130.000.

Peningkatan proses bisnis dan kualitas produk itu meliputi pencapaian pertumbuan lima kali lipat dalam penjualan dengan laba hampir 20 persen per tahun. Penerapan Six Sigma di Motorola berhasil memberikan penghematan kumulatif sebesar $14 miliar. Selain itu, Pendapatan harga saham Motorola ditutup pada rate tahunan 21,3 persen.

Pencapaian Motorola merupakan buah usaha perbaikan individual yang mempengaruhi rancangan produk, pemanufakturan, dan jasa di semua unit bisnisnya. Six Sigma berhasl memperbaiki di puluhan proses administrasi dan transaksional. Misalnya perbaikan-perbaikan dalam hal pengukuran dan fokus pada pemahaman yang lebih baik terhadap kebutuhan pelanggan.

Six Sigma efektif memperbaiki struktur manajemen proses. Sebuah perbaikan besar pada sektor produk dan jasa, yang berhasil memberikan dampak kepuasan pelanggan. []

Baca juga  Efisiensi Pemboran di Lapangan Bangko, PHR Hemat Miliaran Rupiah