Suatu ketika, sebuah kompetisi penebang kayu tahunan diselenggarakan untuk menemukan penebang kayu paling cepat dan paling produktif. Kompetisi tersebut telah sampai di babak final, menyisakan dua orang penebang kayu terbaik di desa tersebut: seorang penebang tua yang berpengalaman dan seorang lagi lebih muda dan lebih kuat. Peraturan untuk memenangkan kompetisi tersebut sederhana: barangsiapa yang mampu menebang pohon terbanyak dalam sehari semalam, dialah yang menang.
Penebang kayu muda yang penuh antusiasme melangkah dengan tegap dan percaya diri ke dalam hutan. Ia langsung bekerja dengan semangat, sepanjang siang dan malam. Di sisi lain hutan, ia bisa mendengar suara gergaji penebang kayu tua yang samar, dan ia-pun makin yakin seiring makin banyaknya pohon yang ia taklukkan.
Sepanjang hari, dalam interval tertentu, suara-suara pohon tumbang dari sisi lain hutan berhenti terdengar. Hal ini membuat penebang muda senang, karena itu berarti si penebang tua sering berhenti bekerja untuk beristirahat. Penebang muda, memanfaatkan kekuatan dan staminanya, terus bekerja tanpa henti. Menjelang akhir kompetisi, penebang kayu muda merasa sangat percaya diri dan yakin ia akan menang. Tumpukan gelondong kayu yang disusun tinggi merupakan hasil kerja keras dan kemampuannya yang superior.
Pada upacara penganugerahan medali, si penebang muda, walaupun kelelahan, tetap berdiri tegap dan percaya diri di atas podium, sambil membayangkan hadiah besar yang akan ia terima. Di sebelahnya, berdiri si penebang kayu tua yang anehnya tidak terlihat lelah sama sekali. Sementara itu, panitia mulai menghitung gelondong kayu yang berhasil dikumpulkan keduanya.
Penghitungan-pun usai dan alangkah terkejutnya si penebang muda ketika mereka mengumumkan hasilnya. Si penebang kayu tua berhasil menebang jauh lebih banyak pohon dibanding dirinya! Dengan bingung, si penebang muda bertanya kepada seniornya, “Bagaimana bapak bisa menebang lebih banyak? Bukankan bapak sering beristirahat sementara saya terus bekerja siang dan malam? Apalagi, saya lebih muda dan kuat dibanding bapak!”
Dengan tenang, si penebang tua menjawab, “Setiap jam, saya berhenti untuk istirahat dan mengasah gergajiku.”
Kisah ini menggambarkan betapa pentingnya berhenti untuk ‘mengisi bahan bakar’ dan ‘mengasah gergaji’. Kebanyakan dari kita terus bekerja tanpa kenal lelah, dan tidak menyadari ternyata gergaji mental dan fisik kita telah tumpul. Jika anda terus bekerja tanpa meluangkan waktu untuk beristirahat, merilekskan pikiran dan mengembalikan semangat, anda pasti akan jenuh, lelah, dan bosansehingga produktifitas anda menurun.
Konsep yang sama berlaku pada mesin, yang jika dipaksa terus bekerja tanpa adanya perawatan pada akhirnya akan kehilangan kemampuannya. Kebiasaan mengasah gergaji menjadi salah satu yang terpenting dalam memelihara efektifitas dan produktifitas kerja, baik pada mesin maupun manusia.Dengan mengambil waktu istirahat, anda menjaga gergaji tetap tajam. Itulah rahasia kemenangan.***