Baca The Story About Change part 1
Masalah? Apa Masalahnya?
Setelah menyampaikan kepada Dewan Kepemimpinan, tidak ada satupun dari Dewan Kepemimpinan yang Alice ajak bicara merasa antusias tentang ide untuk berenang ke dalam gua besar yang gelap. Beberapa dewan bahkan mengatakan tidak sempat untuk bertemu Alice karena mereka sedang sibuk mengurus hal-hal penting lainnya.
Hal-hal penting seperti;
Beberapa Dewan Pimpinan harus berhadapan dengan keluhan dari para penguin yang agak keras mengatakan bahwa penguin lainnya ‘mengejek’ mereka dibelakang. Isu yang cukup membingungkan.
Selain itu, para Dewan Pimpinan juga memperdebatkan apakah pertemuan mingguan seharusnya berlangsung dua atau dua setengah jam paling lama.. Isu diantara mereka yang senang mengoceh dan yang tidak.
Saat tiba waktunya Fred hadir dalam pertemuan dengan para Dewan Pimpinan, Fred mempertimbangkan menulis pidatonya dengan menunjukkan statistik tentang ukuran tempat tinggal mereka yang menyusut, berapa banyak volume air yang masuk ke dalam gua, dan semua ini disebabkan oleh es yang mulai mencair. Namun, saat Fred meminta tanggapan kepada beberapa koloni lain yang lebih tua, ia belajar bahwa:
- Ada dua anggota di Dewan Pimpinan yang memperdebatkan keabsahan dari sebuah data statisitik.
- Jika menampilkan data statistik, salah satu anggota Dewan Pimpinan ada yang lebih memilih tidur dibandingkan mendengarkan presentasi tersebut.
- Sedangkan beberapa anggota Dewan Pimpinan lainnya sangat tidak nyaman melihat angka-angka. Biasanya, untuk menutupi hal ini, mereka lebih mudah menganggukkan kepala.
- Tapi setidaknya ada dua anggota Dewan Pimpinan yang secara jelas menunjukkan bahwa mereka tidak suka diberitahu akan banyak hal. Justru mereka merasa bahwa seharusnya itulah tugas mereka.
Setelah beberapa lama berpikir, Fred akhirnya memilih pendekatan lain yang jauh berbeda dari rencana ia sebelumnya.
“We Can’t Do This Alone!”
Saat Fred selesai melakukan presentasi dan mendemonstrasikan model gunung es untuk menjelaskan apa yang terjadi, suasana di dalam ruang pertemuan seketika menjadi hening.
Namun, keheningan tersebut tak lama tergantikan dengan diskusi demi menemukan jalan keluarnya.
NoNo- salah satu anggota Dewan Pimpinan yang ‘dituakan’ dan memiliki postur tubuh yang tegap dan kekar. NoNo bertanggung jawab terhadap prediksi cuaca. Apa yang baru dijelaskan Fred, tentu saja membuat NoNo sedikit tersinggung.
Untuk urusan prediksi cuaca, bukan hal aneh kalau NoNo sering disalahkan. Namun, untuk urusan gunung es yang mulai mencair ini, ia menilai hal tersebut sudah terlalu jauh. Sambil berusaha menahan emosinya, Ia mengatakan bahwa sebelum Fred menyampaikan semua hal yang ia ceritakan tentang gunung es yang mencair, NoNo mengatakan kepada semua anggota Dewan Pimpinan bahwa hal itu adalah hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan. “Saya sudah sering melaporkan kepada Dewan mengenai ramalan saya tentang keadaan cuaca di sini dan apa dampaknya bagi rumah kita,” jelas NoNo. Bahkan, NoNo menegaskan bahwa tidak ada hal berbahaya yang akan terjadi pada rumah mereka. “Gunung es yang kita tempati ini kuat, tidak akan terjadi apapun di sini,” tegasnya.
Sesaat kemudian, NoNo mengarahkan sebuah pertanyaan yang cukup sulit kepada semua anggota Dewan yang hadir. “Bisakah ia (Fred) menjamin bahwa semua tanda-tanda dan kesimpulan yang ia katakan 100 persen akurat?”
Empat anggota Dewan menganggukkan kepala menandakan bahwa mereka ada di pihak NoNo.
Namun, tidak sepatah katapun keluar dari mulut Fred. Alice kembali memberikan tatapan untuk mendorong Fred melanjutkan apa yang ia yakini bahwa itu benar.
Dengan ragu, Fred akhirnya menjawab, “Sejujurnya, saya tidak bisa menjamin 100 persen bahwa semua data dan hasil pengamatan saya ini akurat. Namun, haruskah gunung es yang menjadi rumah kita selama bertahun-tahun ini pecah ke dalam potongan-potongan kecil balok es, hal tersebut akan terjadi saat musim dingin tiba, saat dimana baik siang maupun malam, kegelapan selalu menyelimuti, saat badai salju menerjang. Tidakkah hal ini dapat membuat banyak dari kelompok kita akan mati?”
Sementara itu, suasana diskusi mulai berubah sedikit dramatis, Louis sang Head Penguin berkata bahwa jika apa yang dibilang Fred benar, maka mereka hanya memiliki waktu dua bulan hingga musim dingin tiba dan perlu mengambil tindakan cepat terhadap permasahan ini.
Action!
Sebelum akhirnya mantap mengumumkan masalah ini ke seluruh warga melalui Majelis Umum atau yang mereka sebut General Assembly, Fred tiba-tiba mencetuskan sebuah ide. Botol kaca yang ditemukan ayahnya di waktu musim kemarau menjadi penentu apakah semua yang dikatakan Fred benar akan terjadi atau hanya sekedar ramalan kosong belaka.
Skenarionya adalah mereka akan mengisi botol kaca tersebut dengan air, menutupnya rapat-rapat dan menaruhnya di dalam es semalaman. Jika keesokan paginya botol kaca tersebut pecah, maka apa yang dikatakan Fred benar. Jika tidak, mereka tidak perlu memberitahukan ini kepada seluruh warga lainnya.
Keesokan paginya mereka menemukan bahwa botol kaca tersebut pecah. Yang berarti bahwa mereka harus secepatnya mengambil tindakan.
“Ini bagaikan mimpi buruk. Kita harus segera memberitahukan kepada semua warga,” ucap Alice.
Segera setelah mengetahui hal tersebut, Louis dengan cepat mengambil tindakan dan membentuk sebuah tim untuk membantunya mencari solusi; Alice, Fred, Buddy, dan Professor.
Saat itu, meskipun mereka belum yakin akan mendapatkan solusi dengan cepat, namun satu hal yang mereka yakini adalah bahwa mereka sudah berada di ‘jalur’ yang tepat.
Ini menjadi upaya Louis menemukan cara bagaimana mereka bisa memecahkan permasalahan tersebut. Sambil terus berdiskusi, Louis, Alice, Fred, Buddy dan Profesor berusaha untuk tetap menemukan jalan keluar.
Hingga akhirnya mereka melihat seekor burung camar terbang di atas mereka. Meskipun cukup jarang melihat burung camar terbang di sekitar Antartika, namun disaat itulah mereka menemukan sebuah titik terang untuk membuat strategi.
Dengan rasa penasaran Fred yang besar, ia menyampaikan kepada Louis, Alice, Buddy dan Profesor bahwa burung camar tersebut tidak mungkin terbang di atas selamanya. Menurutnya, pasti ada sebuah tempat yang menjadi tempat mereka untuk singgah. “Saya rasa burung camar itu mungkin saja tersesat, namun nampaknya mereka tidak takut akan tersesat. Bagaimana jika berpindah dari satu tempat ke tampat lain adalah cara mereka untuk bertahan hidup?”
Menyadari hal tersebut, Alice, Fred, Buddy dan Profesor mulai mengambil kesimpulan bahwa mencari tempat tinggal baru mungkin bisa menjadi solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi saat itu.
Alice kemudian mendesak Louis untuk mengambil tindakan secepatnya, meskipun Profesor berargumen bahwa mengambil keputusan penting perlu pertimbangan yang matang, namun Louis menyadari mereka tidak punya banyak waktu untuk terlalu lama berpikir. Louis pun setuju dengan ide Alice untuk mengambil tindakan secepat mungkin.
Alice dan Buddy kemudian bertugas untuk menemukan burung camar tersebut dan mencari tahu apa yang mereka lakukan. Setelah bertemu dengan seekor burung camar, Buddy mulai menanyakan pertanyaan kepadanya. Meskipun terlihat cukup canggung, namun burung camar tersebut menjawab. “Saya Scout. Saya bertugas untuk mencari tempat tinggal baru bagi kawanan saya,” jelasnya.
Sambil terus bertanya, Scout menjelaskan bahwa kelompoknya adalah sekawanan burung camar yang tinggal secara nomaden.
Selesai mendengarkan apa yang dijelaskan Scout, Buddy menyampaikan semuanya kepada Louis. Namun Louis mengatakan bahwa kelompok mereka sangat berbeda dengan Scout dan teman-temannya.
Dengan nada yang cukup diplomatis, Alice kembali melanjutkan, “kita harus menghadapi kenyataan bahwa tempat yang kita tinggali tidak bisa menampung kita selamanya.”
Tim yang dipimpin Louis- Alice, Fred, Buddy, dan Profesor mulai memberitahukan kepada seluruh warga bahwa menemukan gunung es lain sebagai tempat tinggal mereka adalah solusi yang paling memungkinkan saat itu.
Mengetahui apa yang sedang terjadi kepada rumah mereka, para warga pun akhirnya memahami. Kemudian dibentuk lah tim kecil yang diberi nama Scout- karena saat itu dipimpin oleh Scout si burung camar yang bertugas untuk mencari gunung es lain yang bisa mereka tinggali..
Setelah panjang lebar menjelaskan ke Louis, Alice, Fred, Buddy dan profesor, semua akhirnya setuju bahwa gunung es yang ditemui Scout bisa menjadi tempat tinggal baru bagi mereka.
Gunung es yang sempurna sebagai tempat tinggal telah ditemukan. Seluruh warga pindah ke rumah baru mereka. Tahun berikutnya, mereka kembali pindah mencari ‘rumah’ lainnya. Meskipun mereka berhasil menemukan ‘rumah’ yang sempurna untuk ditinggali, mereka tetap mencari rumah baru. Nomaden telah menjadi budaya baru bagi kelompok penguin tersebut. Dan seiring berjalannya waktu, para koloni penguin tersebut memiliki keahlian yang semakin baik. Mereka menjadi lebih pandai dalam menghadapi bahaya baru yang muncul. ***
Sumber: Our Iceberg Is Melting: Changing and Succeeding Under any Conditions by John Kotter&Holger Rathgeber