Menahkodai tiga perusahaan sekaligus tentu tidak mudah, tetapi sangat mungkin dilakukan oleh pemimpin dengan visi yang kuat. Prihatanto Agung Lesmono, Presiden Direktur PT Astra Komponen Indonesia (ASKI) yang saat ini juga tengah menempati posisi sebagai Presiden Direktur PT Astra Visteon Indonesia (AVI) telah membuktikannya. Tahun ini dia kembali dipercaya untuk membuka perusahaan baru, tidak tanggung-tanggung ekspansi ini dilakukan di negara tetangga, Vietnam.

Rekam jejak yang mengesankan memudahkan seseorang mencapai puncak karier, fakta ini benar dialami oleh Prihatanto Agung Lesmono, pria kelahiran Lumajang yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Astra Komponen Indonesia. Perjalanan kariernya di Astra bisa dikatakan cukup cemerlang, mendobrak paradigma lama “antri nunggu giliran” untuk naik jabatan. Kualitas dan profesionalitas kerja yang dimilikinya berhasil membawanya menjadi orang nomor satu di perusahaan.

Perjalanan karier pria kelahiran Lumajang ini dimulai ketika dirinya mulai bergabung di PT Astra Visteon Indonesia (AVI), perusahaan hasil joint venture antara Astra Otoparts dan Visteon Corporation, dengan kepemilikan 50:50. “Saya ikut men-develop perusahaan mulai dari nol, mulai dari manajer, division head, menjadi direktur, kemudian naik menjadi presiden direktur,” katanya saat diwawancarai SHIFT Indonesia di Jakarta (27/07). Ketika memimpin AVI, dirinya berhasil membawa sejumlah pencapaian yang luar biasa. Kurun satu tahun setelah perusahaan didirikan, AVI berhasil mencatatkan profitabilitas bisnis. Seperti kita ketahui tidak mudah bagi perusahaan untuk bisa profit di tahun pertama. AVI pun terus menunjukkan kinerja yang positif, growth bisnis disana pun cukup tinggi “Dulu (tahun 2012) kita hanya menjual 600 ribu unit per tahun, pada 2019 nanti kami akan mencapai angka 1,8 juta jadi dalam waktu delapan tahun naik hampir 3 kali lipat,” ungkapnya.

Baca juga  Lampaui Rp565 Triliun, Tren Investasi Manufaktur Terus Naik

Menurutnya, potensi AVI sendiri masih cukup besar terlebih adanya dukungan dari tim yang sangat bersemangat. Nah, untuk mewujudkan potensi tersebut menjadi nyata, seorang pemimpin perlu mempunyai visi dan tujuan yang besar. “Kalau kita punya visi yang kuat itu akan menggaet kita, kalau kita tidak punya visi kena problem sedikit kita akan merevisi target, jadi yang paling penting adalah kita tahu apa yang akan kita lakukan,” jelasnya.

Selanjutnya penting bagi pemimpin untuk mendengar setiap ide improvement dan melihat impact yang akan dihasilkannya, “Jangan bilang tidak dulu karena semua improvement pasti ada impactnya, ingat ide yang dicuekin akan membuat orang malas. Hal inilah yang kemudian melemahkan semangat improvement di perusahaan. Setiap karyawan ingin memperbaiki keadaan, kan? Nah, kita harus fasilitasi mereka untuk melakukan improvement,” ungkapnya. Dalam improvement, pemimpin juga harus turun langsung ke lapangan atau blusukan, hal ini dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mendengar suara langsung dari sumber yang bersangkutan. Ini juga akan menghilangkan batasan antara atasan dan bawahan sehingga terjalin komunikasi yang transparan. Ketika turun ke lapangan juga memungkinkan kita untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses penyelesaian masalah. Pemimpin bertanggungjawab untuk mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh tim, apa saja masalah yang mereka hadapi, dan menanyakan ide penyelesaiannya . “Kita guide saja, tanya apa yang mereka lakuka, kita challenge, nanti mereka akan mengeluarkan ide sendiri. Yang terbaik, ide datang dari mereka,” tambahnya.

Berkat kemampuannya dalam mengawal improvement di AVI, penggemar Steve Jobs ini dipercaya oleh grup Astra untuk memimpin dua perusahaan sekaligus. Tepatnya pada tahun 2015 lalu dia diangkat menjadi presiden direktur PT Astra Komponen Indonesia (ASKI). Pada masa awal jabatannya, penjualan ASKI hanya menembus angka 680 miliar, hanya dalam waktu tiga tahun dirinya berhasil menciptakan pertumbuhan yang fantastis, tahun ini mereka mencapai 1 triliun, naik hampir seratus persen.

Baca juga  ANTAM Perkuat K3 Untuk Capai Target Zero Fatality

“Pada saat sales saya 680 miliar itu total karyawannya sekitar 1400, saat kami 1 triliun jumlah karyawannya 1490 orang. Jadi tidak banyak nambahnya. Dalam waktu lima tahun saya ingin ASKI salesnya 1,5 triliun. Strateginya, semua produk dengan productivity yang bagus akan saya ekspan. Dan pastinya kita juga perlu melakukan determinasi ke pelanggan selain approach mereka,” jelasnya.

Di bawah kepemimpinannya, ASKI juga mampu menurunkan klaim pelanggan secara signifikan. Pada 2015 lalu masih tercatat 17.000 klaim dari pelanggan, hari ini jumlah klaim berada di kisaran angka 130-an. “Kita mengandalkan efisiensi, material, quality yang relatif selalu kita improve. Jadi perubahan cukup signifikan, dari saya masuk turunnya drastis. Sebelum saya masuk ASKI kan terkenal dengan “asal kirim”, sekarang komplen sudah sangat rendah,” guraunya.

Tahun ini produsen komponen otomotif PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mendirikan anak usaha baru di Vietnam yang dinamai Astra Visteon Vietnam. Rekam jejak keberhasilan memimpin dua perusahaan milik grup Astra sebelumnya, membuat dirinya kembali dipercaya untuk memimpin ekspansi ini. Sebelum menutup pembicaraan, pria yang akrab dipanggil Pri ini menjelaskan tiga alasan kenapa perusahaan optimis melakukan ekpansi ke Vietnam, “Pertama, Vietnam negara yang sedang growing, marketnya pun cukup berkembang. Kedua, hanya ada satu pemain disana, jadi opportunity nya sangat besar. Ketiga, relationship yang cukup bagus dengan Honda, sehingga kita bisa mensuplai Honda di Vietnam,” pungkasnya.