Seperti yang kami janjikan sebelumnya, artikel kali ini kami akan membahas tentang apa itu Lean Manufacturing dan Six Sigma sehingga Anda mudah memahami dan mengenali perbedaannya. Langsung saja!

Pendekatan Lean Manufacturing

Konsep dasar dari Lean Manufacturing sebenarnya cukup sederhana, bekerja untuk menghilangkan pemborosan (waste). Menilik sejarah, metode Lean diadaptasi dari konsep Toyota Production System (TPS). Tujuan utama implementasi Lean pada akhirnya adalah untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan memaksimalkan nilai pelanggan dengan mengeliminasi segala bentuk pemborosan di setiap proses produksi. Jika implementasi ini mampu dilakukan secara berkesinambungan atau continu, maka Anda dan perusahaan akan mencapai operational excellence atau keunggulan operasi.  

Jadi apa itu pemborosan? Pemborosan adalah aktivitas apapun yang tidak menghasilkan nilai tambah dari kacamata pelanggan. Penelitian dari Lean Enterprise Research Center (LERC) mengatakan bahwa 60 persen kegiatan produksi dalam operasi produksi adalah pemborosan, aktivitas ini tidak menghasilkan nilai tambah sedikitpun bagi pelanggan. Kabar baiknya, kini setiap perusahaan memiliki peluang untuk menggunakan Lean Manufacturing dan mendapatkan praktik manufaktur terbaiknya. Praktik ini memungkinkan Anda menghasilkan produk dengan kualitas yang jauh lebih tinggi sementara biaya menjadi lebih rendah.

Lean Manufacturing juga membantu perusahaan dalam meningkatkan competitive advantage dan memperluas pangsa pasar. Kok bisa? Karena penerapan Lean Manufacturing selalu berpegang kepada empat kerangka yang disebut QCDS:

Q untuk Quality. Yaitu komitmen untuk memproduksi barang berkualitas tinggi secara konsisten.

C untuk Cost. Yaitu pengendalian terhadap biaya produksi dan operasional untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya yang efektif.

D untuk Delivery. Yaitu komitmen untuk melakukan pengiriman tepat waktu kepada pelanggan.

S untuk Service. Yaitu komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Baca juga  Pentingnya Process Control Plan dalam Fase Control Six Sigma

Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari tiga prinsip dasar dari Lean Manufacturing berikut ini :  

  1. Prinsip Mendefinisikan Nilai Produk (Define Value)

Pendefinisian nilai produk dilakukan berdasarkan pandangan dan pendapat pelanggan (Voice of Customer) melalui kerangka QCDS dan PME (Productivity, Motivation dan Environment). Pendefinisian ini dimulai dengan pemetaan aliran nilai (Value Stream Mapping). Tujuannya adalah mengidentifikasi value yang ada pada seluruh aliran proses, mulai dari pemasok hingga pelanggan. Hasil identifikasinya yaitu pengetahuan tentang titik-titik pada proses yang tidak memberikan nilai tambah kepada pelanggan.

2. Prinsip Menghilangkan Pemborosan (Waste Elimination)

Pemborosan atau waste dalam konsep Lean Manufacturing adalah segala bentuk aktivitas yang tidak memberi nilai tambah kepada produk. Ada 7 macam bentuk pemborosan :

  • Waste of Overproduction (Produksi yang berlebihan)
  • Waste of Inventory (Inventori)
  • Waste of Defects (Cacat / Kerusakan)
  • Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
  • Waste of Motion (Gerakan)
  • Waste of Waiting (Menunggu)
  • Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)

3. Prinsip Mengutamakan Karyawan (Support the Employee)

Penerapan Lean Manufacturing harus dilakukan karyawan di semua level organisasi. Sebab itu, perusahaan harus mendukung karyawan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan yang memadai untuk memahami Lean Manufacturing. Operasional harian untuk proyek-proyek Lean Manufacturing di perusahaan sepenuhnya berada di tangan karyawan, mereka membutuhkan pengetahuan yang memadai sehingga bisa menjalankannya dengan benar.

Metode Lean memiliki berbagai macam tools dan konsep yang sangat luas, memahami tools dan bagaimana mereka bisa meningkatkan operasi manufaktur Anda adalah cara terbaik untuk memulai Lean di perusahaan. Lean memiliki setidaknya 25 tools yang esensial, menariknya banyak dari tools ini bisa digunakan secara terpisah sehingga lebih mudah untuk memulai. Di sisi lain, manfaat akan bertambah karena semakin banyak tools yang digunakan, karena mereka saling mendukung dan memperkuat. Beberapa tools penting dalam Lean adalah 5s, Gemba, Heijunka, Jidoka, Just in Time (JIT), Kaizen, Muda, Poka Yoke, Total Productive Maintenance (TPM), Value Stream Mappingg (VSM), Plan Do Check Action (PDCA), Root Cause Analysis (RCA), Kanban, dll.

Pendekatan Six Sigma 

Six Sigma adalah pendekatan paling sistematis untuk memecahkan masalah bisnis. Namun, tidak hanya menyeselesaikan masalah bisnis tetapi juga juga meningkatkan kepuasan pelanggan, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. Pendekatan ini telah diadopsi oleh banyak perusahaan besar. Mari kita lebih rinci lagi daftar manfaat dari implementasi Six Sigma :

  • Memecahkan masalah bisnis
  • Meningkatkan proses bisnis secara signifikan
  • Membuat karyawan mampu memahami masalah bisnis dan menyelaraskannya dengan tujuan bisnis secara keseluruhan
  • Meningkatkan bottom line
  • Sebagai project management
  • Meningkatkan Pangsa Pasar
  • Meningkatkan retensi pelanggan

    Anda dan perusahaan mungkin menyadari bahwa ada sesuatu yang salah atau ada yang tidak berjalan dengan baik dalam bisnis. Tetapi asumsi masalah yang muncul tidak mengungkapkan penyebab dan solusi atas masalah itu sendiri. Sebab untuk mengidentifikasi penyebab dan menyelesaikan masalah bisnis memerlukan adanya pendekatan yang struktural, yaitu Lean Six Sigma. Dalam memecahkan masalah Six Sigma menggunakan implementasi DMAIC.

Pendekatan DMAIC terdiri dari tahap Define, Measure, Analyze, Improve, Control. Metode ini bisa membantu menyelesaikan masalah terkait bisnis terlepas dari sektor industrinya. DMAIC akan membantu Anda dalam mengidentifikasi masalah bisnis melalui serangkaian tools dan teknik untuk memvalidasi akar penyebabnya dan sampai pada penemuan solusi yang berkelanjutan.

Baca juga  Pentingnya Process Control Plan dalam Fase Control Six Sigma

Define, memberikan penjelasan tentang masalah bisnsi (sebagai peluang), misalnya : sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan, rincian peserta proyek

Measure, mengukur kinerja dari proses yang sedang berjalan dan mengidentifikasi area yang akan diperbaiki.

Analyze, melakukan analisa terhadap kelemahan yang ada pada proses (seperti sumber-sumber cacat), menjadikan kelemahan pada proses tersebut sebagai peluang perbaikan.

Improve, melakukan perbaikan terhadap kinerja proses-proses yang lemah tadi.

Control, mengendalikan kinerja dari proses-proses yang diperbaiki tadi untuk mempertahankan profit.

Dalam implementasi metode Six Sigma, ada 5 faktor penentu keberhasilan yang harus diperhatikan oleh perusahaan, meliputi: 

1. Dukungan penuh top level, agar berhasil para pemimpin perusahaan harus menunjukkan dukungan dan komitmennya terhadap program perbaikan ini.

2. Tim yang solid, artinya tim membutuhkan keberadaan orang-orang yang terlatih, seperti para Executive Champion, Deployment Champions, dan Project Champions dalam implementasi Six Sigma.

3. Program pelatihan yang terupdate, pelatihan khusus perlu dilakukan untuk mendukung kesuksesan implementasi.

4. Penggunaan basis DPMO (Defects Per Million Opportunities) untuk tools baru, DPMO mempunyai keterkaitan dengan CTC (Critical to Quality). Pengukurannya dilakukan berdasarkan persepsi pelanggan dan bisa dibandingkan antar divisi dalam satu perusahaan.

5. Mendobrak tradisi, perusahaan harus menciptakan budaya baru melalui aktivitas perbaikan berkelanjutan atau continous improvement.

(informasi diolah dari berbagai sumber)