Efektif, efisien low waste no defect menjadi beberapa elemen dasar penerapan operational
excellence dalam Manajemen Lean. Selama ini industri manufaktur dan otomotif, menjadi
garda depan penerapan prinsip-prinsip Lean dan operational excellence. Pesatnya
perkembangan otomotif di Jepang, melegitimasi praktik operational excellence mutlak
dimiliki sebuah industri.
Bahkan Inggris juga mengklaim menjadi negara asal mula Manajemen Lean dan prinsip-
prinsip operational excellence pada awal revolusi industri, meski sempat meredup setelah
perang dunia pertama.
Pertanyaan menggelitik terlontar dari seorang rekan wartawan salah satu media nasional,
“kira-kira bentuk process excellence di dalam industri media massa apa yah?” Kiranya
sedikit mengerutkan dahi sembari menyeruput secangkir kopi untuk menjawab pertanyaan
kreatif ini.
Perkembangan industri media massa saat ini telah mencapai pada tahap digitalisasi
teknologi komunikasi informasi. Penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg 1450an
sampai penemuan Turing Machine 1943 cikal bakal alat elektronik berteknologi digital,
menandai evolusi industri media massa dari wujud fisik kertas cetak sampai virtual.
Meski mediumnya berubah, namun informasi yang menjadi dasar atau core bisnis media massa
memiliki karakter yang konsisten sehingga masyarakat membutuhkannya terus-menerus.
Sederhana, perlu atau penting, cepat, seimbang (cover both side), cerita (story) dan
human interest merupakan sejumlah karakter informasi yang mesti dipenuhi oleh awak media
dalam memproduksi berita. Supaya informasi di media massa mampu merepresentasikan
realitas, dibutuhkan metode jurnalistik untuk mengoperasikan prinsip-prinsip informasi
secara presisi. Dasar ilmu terapan penulisan media massa terangkum dalam teknik 5W+1H
(what, when, who, where, why + how) tujuannya menyajikan realitas apa adanya, bukan
opini atau fiksi.
Melalui metode dasar tersebut, informasi dapat dikomunikasikan secara terstruktur kepada
publik, low noise. Namun ada kalanya metode 5W+1H tak berfungsi sama sekali, lantaran
terdapat fakta atau peristiwa yang sengaja ditutupi sehingga jurnalisme 5W+1H gagal
mengungkapnya sebagai realitas. Pengetahuan jurnalistik pun berevolusi, berimprovisasi,
menjawab tantangan industri media massa mengadaptasi metode investgative report menjadi
investigative journalism.
Hasilnya, jurnalisme investigatif mampu mengungkap fakta atau peristiwa yang sengaja
ditutupi, bahkan berhasil menyajikan informasi mendalam, lebih menarik. Dampaknya,
tingkat penjualan naik, pemasukan iklan bertambah. Masih banyak teknik dan metode
jurnalistik sebagai improvement dalam mengoperasikan prinsip-prinsip informasi di
industri media massa, misalnya narrative journalisme (jurnalisme sastrawi), jurnalisme
presisi, jurnalisme damai, dan sebagainya.
Masing-masing metode jurnalistik tersebut mengambil peran penting menjaga proses
industri berjalan efisien, efektif, low waste and no defect. Meski berbeda antara
industri manufaktur dengan industri media massa dalam menciptakan improvement, prinsip
Manajemen Lean selalu mampu bertransformasi sesuai karakter operasional industri. Dari
sudut pandang Lean, jurnalisme excellent menjadi praktik metode jurnalistik dalam
menegakkan prinsip-prinsip informasi sebagai keunggulan proses industri media
massa. Mampu membingkai informasi sebagai produk yang dikonsumsi publik, menekan tingkat misrepresentation atau misinformation sebuah pemberitaan. []