Kraft Foods adalah salah satu perusahaan global yang mengimplementasikan metode Lean Six Sigma. Bagaimana metode CI tersebut membantu Kraft dalam mempercepat pertumbuhan bisnisnya? Dan mengapa perusahaan tersebut mengukur kesuksesan berdasarkan hasil di setiap lini alih-alih keberhasilan menjalankan sebuah program?
Program Continuous Improvement (CI), termasuk Lean Six Sigma, bukanlah barang baru bagi Kraft Food. Perusahaan makanan tersebut telah lama menerapkan program-program CI dalam skala global untuk meningkatkan kualitas, menghemat biaya, meningkatkan kemampuan delivery, safety, dan sustanability.
Menurut Feng Lei, Manufacturing Continuous Improvement Director di Kraft Foods Asia, implementasi metode Lean Six Sigma di perusahaannya adalah sebuah inisiatif top down. Mulai dari CEO dan shareholder hingga shop floor telah berkomitmen untuk menjalankan Lean Six Sigma untuk meningkatkan produktifitas. Semua pabrik Kraft di seluruh dunia telah mengimplementasikan program improvement tersebut, termasuk di Kraft Foods Asia.
Tujuan Penerapan Lean Six Sigma di Kraft Foods
Apapun program CI yang dijalankan di Kraft, baik Lean Six Sigma Manufacturing, atau Excellence, atau Continuous Improvement, bertujuan untuk meningkatkan performa shop floor dan bottomline: kualitas output dan proses, menghemat biaya, delivery, keselamatan, dan keberlanjutan. Menurut Feng Lei, elemen-elemen itulah yang selalu menjadi target di seluruh Kraft di dunia.
“Di Kraft Foods Asia, kami mengadakan assessment untuk mengevaluasi apa yang terjadi di lini produksi pada saat ini,” ungkap Feng Lei. “(melalui assessment) kami dapat mengetahui keadaan di semua level dan melihat apakah keadaannya sudah ideal; efisiensi maksimum dan zero loss.”
Tertarik dengan implementasi dan pelatihan Lean Manufacturing, Waste Elimination, Kaizen? Hubungi SSCX di www.sscxinternational.com, 021-5763020 atau info@sscx.asia
Tujuan Kraft Foods Asia adalah untuk meraih efisiensi dengan 100% nominal design speed dan mencapai zero loss. Mereka memiliki sistem pengukuran dan mendapatkan skor berupa Sigma level. Sigma level inilah yang menjadi indikasi baik atau buruknya operasional suatu lini.
Lean Six Sigma Assessment di Kraft
Pendekatan Kraft memang unik, karena kalkulasi Sigma level tidak hanya didasari oleh pengukuran atau hasil dari suatu proses. “Sigma level di Kraft bukan hanya mengukur kualitas hasil, tapi juga ketersediaan dan performa mesin, dan dapat mengindikasikan kapabilitas keseluruhan lini produksi dengan menganalisa setiap langkah dalam proses,” katanya.
Alasan mereka melakukan pengukuran yang rumit tersebut? “Sistem analisa yang kompleks ini diterapkan karena kami tidak hanya mengukur satu proses saja. Kami harus mengukur keseluruhan proses di seluruh lini, karena kami adalah industri yang berbasis-proses,” kata Feng Lei. “Perbedaan perusahaan berbasis kepada proses (dibandingkan dengan perusahaan manufaktur biasa) adalah terletak pada karakteristik lini produksinya. Perusahaan berbasis proses memiliki lini produksi yang panjang, seperti lini perakitan (assembly) di pabrik mobil, dan di perusahaan kami semua proses dan semua mesin saling berhubungan. Ada sekitar 100 mesin dalam satu lini.”
Menurutnya, jika satu mesin saja rusak atau mengalami penurunan performa, berarti downtime terjadi di keseluruhan lini tersebut. Karena itulah Kraft melakukan pengukuran di keseluruhan lini, untuk memberikan indikasi yang benar-benar representasi dari keadaan sebenarnya di keseluruhan shop floor. Untuk melakukannya, Kraft bekerja bersama konsultan internal dan eksternal, termasuk para Black Belt dan Master Black Belt yang mereka miliki.
Bagaimana Lean Six Sigma Mendorong Perkembangan Bisnis Kraft
Kraft Foods Asia Pacific mengalami pertumbuhan pesat sejak 2008, dimana banyak perusahaan lain ‘tenggelam’ dalam krisis. Namun, Kraft malah berhasil mempercepat laju pertumbuhannya. Hal ini, diakui Feng Lei, tidak lepas dari program CI yang mereka jalankan.
Kraft Asia Pacific memang mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun belakangan. Pada 2011, mereka mengalami pertumbuhan yang benar-benar pesat di Asia, khususnya Cina, Indonesia, dan India.
“Kami mendapatkan permintaan besar dari pelanggan, namun kami harus menyediakan produk bagi mereka tanpa kompromi terhadap kualitas. Maka, kami menginvestasikan banyak waktu dan uang untuk tumbuh dan memenuhi permintaan pelanggan,” kata Feng Lei.
Menurutnya, Lean Six Sigma membantu Kraft dalam dua hal:
Meningkatkan Kualitas Bottom-Line dan Lini Produksi – Dengan meningkatkan kualitas bottom line dan mempercepat kerja lini produksi yang ada untuk memproduksi barang lebih banyak untuk memenuhi permintaan pelanggan. Kraft Asia Pacific sendiri fokus untuk meningkatkan produk terlarisnya. Mereka memastikan effort yang lebih besar untuk memperbaiki lini produksi yang akan memberikan value terbesar bagi pelanggan.
Meningkatkan Kualitas SDM dan Menciptakan Standardisasi Kerja – Hal tersebut dilakukan untuk terus memantau dan fokus kepada kualitas dan hasil yang telah tercapai pada saat ini, sementara berusaha untuk meningkatkan level kualitas dan hasil secara berkesinambungan. Lean Six Sigma memberikan pendekatan terstruktur yang memungkinkan Kraft untuk fokus kepada usaha tersebut.
Feng Lei mengakui, Lean Six Sigma telah memberikan sumbangan besar kepada kesuksesan bisnis dan pertumbuhan pesat Kraft, khususnya di Asia Pasifik.
Tertarik dengan implementasi dan pelatihan Lean Manufacturing, Waste Elimination, Kaizen? Hubungi SSCX di www.sscxinternational.com, 021-5763020 atau info@sscx.asia