Di setiap organisasi yang telah memulai transformasi lean, manajer sangat menyadari kebutuhan untuk ‘show respect’ bagi semua anggota timnya. Bahkan, menghormati orang lain merupakakan salah satu pilar yang mendasari ‘Toyota Way’. Dengan demikian, ketika ditanya, manajer lean akan memberikan penjelasan bahwa “semua karyawan harus diperlakukan dengan adil, memberikan tujuan yang jelas, mempercayakan kepada mereka untuk mencapainya dengan cara terbaik, dan bertanggung jawab kepada hasilnya.”

Tetapi ternyata, baik manajer maupun top eksekutif lainnya hanya menunjukkan level terrendah untuk menghormati orang lain, jauh dari standar yang diberikan oleh Toyota Way. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa di banyak organisasi, memimpin dengan ‘hormat’ tetap menjadi aspek yang menantang – dan bahkan sering diabaikan – dari transformasi lean mereka.

Perlu disadari bahwa masyarakat lean dengan cepat menyerap ilmu-ilmu yang mereka dapatkan dari alat-alat yang menuju perbaikan terus-menerus, pilar lain dari Toyota Way. Namun, sayangnya, banyak perusahaan belum melihat munculnya keuntungan yang berkelanjutan sebagai hasilnya.

Salah satu hal yang menjadi penyebab utamanya, adalah kurang keterlibatan karyawan. Mereka tidak menemukan keterlibatan, dimana orang-orang akan tetap melakukan hal yang benar tanpa diberitahu terlebih dahulu. Seringkali, hal ini terjadi karena perusahaan membangun lean mereka hanya dengan satu pilar saja.

Untuk menjadikan lean dalam perusahaan berdiri dengan dua pilar yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Toyota Way, para pemimpin tentu perlu diberikan pelatihan-pelatihan yang terfokus untuk mencapai perbaikan berkelanjutan juga semua tools yang dapat mereka terapkan dalam kinerja sehari-hari. Untuk mampu menjadi pemimpin yang dapat memimpin dengan ‘hormat’, hal yang perlu dilakukan oleh para pemimpin, yaitu:

  1. Turun ke Lapangan
Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Para pemimpin diajarkan untuk menerapkan satu cara melihat masalah dengan pergi dan lihat sendiri. Dalam Toyota Way, cara ini dikenal dengan istilah Gemba. Hal ini merupakan praktik dasar untuk menunjukkan rasa ‘hormat’ dan mencapai pemahaman yang tulus. Sejatinya para pemimpin perlu mengamati keadaan di lingkungan kerja, pada proses, produk dan jasa, serta kendala yang dihadapi oleh setiap karyawan setiap harinya.

  1. Membuat Tantangan

Kata ‘tantangan’ di sini berarti menyoroti dimensi perbaikan tertentu dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Tindakan yang menantang membawa masukan energi positif dan ketegangan yang konstruktif untuk mendapatkan fokus tim kepada masalah yang memang perlu mendapatkan perbaikan oleh mereka sendiri.

  1. Mendengarkan Secara Efektif

Mendengarkan berarti memahami sudut pandang dari setiap karyawan dan rintangan serta kendala yang mereka temui sehari-hari.

  1. Memberikan Pengajaran dan Pelatihan

Jantung perkembangan orang dalam lean adalah pembelajaran yang berbasid masalah. Mengembangkan rasa saling percaya dalam pemecahan masalah akan menciptakan rasa hormat secara natural. Pemecahan masalh dapat diajarkan, dan setelah mereka semua selesai mempelajarinya, akan dihasilkan perubahan perilaku yang nyata dan tingkat kinerja yang lebih baik yang akan membantu mempertahankan transformasi lean.

[cpm_adm id=”10097″ show_desc=”no” size=”medium” align=”right”]

  1. Memberikan Dukungan

Baik kontrol visual yang berbasis Kaizen maupun perbaikan atas dasar Kaizen perlu didukung sepenuhnya oleh manajemen dalam setiap langkah dan menunjukkan ketertarikan dengan menyorot masalah dan hambatan, serta mengakui dan memperkuat upaya-upaya yang telah diberikan oleh para karyawan.

  1. Membina Kerjasama Tim

Kerjasama tim berarti menghormati pendapat orang lain dan juga tujuan bersama yang telah disepakati. Hal ini juga berarti mampu memisahkan sifat individualis terhadap masalah yang dihadapi.

  1. Belajar seperti Seorang Pemimpin
Baca juga  2 Langkah Sederhana Mengatasi Stres Kerja dan Menjadi Produktif

Belajar di sini berarti pemimpin mampu membedakan cara-cara untuk melihat masalah, sehinga, dalam memecahkan masalah atau mencari solusi atas semua permasalahan yang muncul, mereka belajar untuk melihat dan menemukan topic apa yang paling penting dan yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan perusahaan di masa mendatang. Pemimpin belajar untuk menghargai pengalaman dan sudut pandang orang lain.

Elemen penting dari proses memimpin dengan ‘respect’ adalah kebutuhan untuk menciptakan sebuah tantangan untuk semua karyawan. Orang perlu mengidentifikasi dengan tujuan, yang berarti bahwa mereka dapat bekerja dengan baik dan terarah setiap harinya. Yang tak kalah pentingnya, adalah kebutuhan manajer untuk mengembangkan keterampilan untuk lebih ‘mendengarkan’, karena melalui mendengarkan, manajer akan memicu perubahan dalam cara dan perilaku orang.

Sesungguhnya, lean leaders memiliki dua tanggung jawab utama: untuk mendapatkan hasil dan untuk mengembangkan orang. Tantangan para pemimpin untuk mengembangkan orang tidak akan berhasil apabila aspek saling menghormati tidak tercakup di dalamnya.

Bagi karyawan, akuntabilitas yang seseungguhnya lebih dari melimpahkan kesalahan kepada mereka apabila ide yang mereka terapkan menemui kegagalan. Namun, jika pemimpin percaya pada mereka, mereka akan mendapatkan rasa percaya diri dan kebanggaan yang luar biasa ketika mereka mampu mengembangkan ide perubahan terbaik untuk perusahaan.

Bagi banyak organisasi, mencapai tingkatan dimana rasa saling menghormati telah berhasil diimplementasikan dengan baik di seluruh organisasi, juga melibatkan karyawan sepenuhnya dalam keseluruhan proses akan memerlukan manajer untuk memperbarui komitmen mereka untuk menjadi pemimpin dengan rasa ‘respect’, dan akan menjadi lebih fokus kepada pengembangan keterampilan karyawan sebagai problem solver.***

Sumber: lean.org