Indonesia sedang demam e-Commerce. Jika Anda jeli mengamati, berbagai perusahaan e-Commerce makin rajin “mejeng” di iklan-iklan media digital, media cetak, bahkan menjadi sponsor di berbagai acara televisi. Hal ini mencerminkan potensi luar biasa yang ditawarkan Indonesia untuk bisnis e-Commerce. Jika tidak, bagaimana mungkin investor global seperti Rocket Internet, SoftBank atau Sequoia bersedia menggelontorkan dana tak terbatas kepada sejumlah e-Commerce yang ada di Tanah Air. Seperti apa potensi bisnis e-Commerce di Indonesia, dan faktor apa saja yang mendukung perkembangan berbagai situs belanja online tersebut?
Faktor Pendukung Bisnis e-Commerce di Indonesia
Masyarakat Indonesia yang semakin akrab dengan gadget dan internet tentu menjadi peluang emas bagi pertumbuhan bisnis e-Commerce. Seperti dilansir dari startupbisnis.com, peluang tersebut juga didukung oleh faktor demografis seperti populasi penduduk Indonesia yang melampaui angka 240 juta jiwa, serta faktor-faktor lainnya seperti pertumbuhan GDP yang mencapai 8 persen, konsumen kelas menengah yang mencapai 150 juta jiwa. Apalagi, jumlah pengguna internet di Indonesia tumbuh sangat cepat. Diperkirakan, jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2016 akan mencapai 106 juta jiwa.
Selain pengguna internet, jumlah pengguna layanan mobile juga ikut melesatkan popularitas sejumlah bisnis e-Commerce di Indonesia. Penetrasi pengguna layanan mobile di Indonesia terhitung sangat tinggi, mencapai 112 persen. Mengapa jumlahnya bisa melebihi jumlah penduduk Indonesia? Jawabannya mudah saja, karena orang Indonesia terbiasa mengantongi lebih dari satu gadget. Presentase ini tentu akan terus meningkat di masa-masa mendatang.
“Penetrasi pengguna layanan mobile di Indonesia terhitung sangat tinggi, mencapai 112 persen.”
Faktor lainnya adalah tingginya online engagement masyarakat Indonesia; kebiasaan masyarakat modern adalah mencari segala informasi melalui internet, termasuk informasi mengenai barang yang akan mereka beli. Pada akhirnya, ketika memutuskan untuk membeli, sebagian memilih untuk membeli secara online. 95 persen pengguna smartphone menggunakan gadget mereka untuk meriset produk dan jasa, dan 57 persen-nya menggunakan smartphone untuk berbelanja. Inilah yang membuat perusahaan-perusahaan e-Commerce di Indonesia berlomba-lomba mempercantik tampilan website versi mobile mereka.
Satu hal lagi yang mendorong orang Indonesia berbelanja online adalah kepraktisan yang ditawarkan. Tinggal klik-klik, pilih barang, beli, bayar, dan barang akan diantar ke alamat. Betul-betul praktis dan menghemat waktu tentunya. Apalagi untuk masyarakat modern yang tidak memiliki banyak waktu luang, seperti ibu bekerja yang harus pulang cepat dari kantor demi anaknya, misalnya. Selain itu, sudah banyak perusahaan e-Commerce yang menawarkan pengiriman gratis untuk jumlah pembelanjaan tertentu, dan pengembalian barang bahkan refund jika barang tak sesuai.
Potensi Bisnis E-Commerce 2015
Melalui situs resminya, perusahaan konsultan investasi Redwing memaparkan potensi pertumbuhan bisnis e-Commerce di Indonesia. Menurut riset Redwing, pasar ritel di Indonesia membukukan penjualan sekitar $134 milyar pertahun, namun hanya 0,7 persennya (atau $1 milyar), yang berasal dari transaksi online. Presentase ini masih termasuk rendah jika dibandingkan dengan AS dan Tiongkok yang membukukan 5 persen penjualan yang berasal dari transaksi online. Meski demikian, Redwing memperkirakan nilai pasar e-Commerce di Indonesia akan tumbuh pesat pada 2105 ini, antara $1 milyar hingga $10 milyar. Diperkirakan dalam tiga tahun mendatang, pangsa pasar e-Commerce Indonesia akan tumbuh sebesar 250 persen.
“Diperkirakan dalam tiga tahun mendatang, pangsa pasar e-Commerce Indonesia akan tumbuh sebesar 250 persen.”
Kemungkinan terwujudnya prediksi tersebut memang besar, dengan jumlah pengguna internet Indonesia yang berbelanja online terus bertambah. Seperti dilansir dari situs Dailysocial.net, bila dibandingkan dengan negara lain, rata-rata penetrasi internet terhadap total populasi di Asia Pasifik mencapai 32 persen. Di Indonesia, angka tersebut masih di seputar 29 persen, atau 74 juta orang. Menurut riset Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), dari 74 juta tersebut, yang berbelanja online hanya 7 persennya saja. Namun penetrasi internet ini diperkirakan akan meningkat menjadi 102 juta di tahun 2016, dengan presentase orang yang berbelanja online lebih tinggi.
Kabar baiknya, konsumen di Indonesia mulai nyaman berbelanja barang mahal melalui situs e-Commerce. Orang Indonesia kini terbiasa membeli gadget dan elektronik secara online, disamping produk fashion yang masih merajai pasar di dunia maya.
Menurut Ketua Umum idEA Daniel Tumiwa, potensi perkembangan e-Commerce di Indonesia perlu segera ditanggapi oleh para pelaku e-Commerce. Daniel menekankan pentingnya sensitivitas untuk merasakan perubahan motivasi pelanggan ketika bertransaksi online. Menurutnya, alasan utama orang berbelanja online saat ini bukan lagi soal harga, tapi soal kenyamanan.
“The main keyword adalah convenience, dan ciri-ciri itu sudah muncul sejak lama bahwa orang-orang willing to pay for convenience, willing to pay untuk mendapatkan barang lebih dulu dibanding yang lain, willing to pay untuk service yang lebih baik,” ungkap Daniel.
Hal ini tentu menjadi kesempatan yang baik bagi pelaku bisnis e-Commerce untuk terus melakukan improvement. Jangan lupa, orang Indonesia, walaupun sudah mengadopsi gaya hidup modern, masih suka berbelanja secara tradisional; datang ke toko atau mall, window shopping, menawar barang di pusat grosir, dan sebagainya. Pelaku bisnis e-Commerce harus kreatif supaya bisa bersaing.
Improvement yang Bisa Dilakukan E-Commerce
Selain meningkatkan customer experience melalui user interface yang ramah pengguna, pelaku bisnis e-Commerce juga perlu memperhatikan level kepuasan pelanggan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah metode pembayaran, pengiriman dan ketepatan produk.
Walaupun pilihan untuk pembayaran COD (Cash on Delivery) dan transfer bank masih tinggi, masyarakat Indonesia mulai banyak menggunakan kartu kredit dan debit online sebagai pilihan pembayaran. E-Commerce harus bisa memastikan setiap pembayaran yang dilakukan pembeli aman.
Masalah lain yang harus diperhatikan adalah logistik dan supply chain. Banyak konsumen online yang mengeluhkan lamanya waktu pengiriman produk yang mereka beli di situs e-Commerce. Tak sedikit pula pembeli yang terpaksa gigit jari karena ternyata barang yang mereka beli tidak sesuai dengan ekspektasi, salah kirim, atau ternyata stoknya sudah habis sehingga harus refund. Tantangan seperti inilah yang harus diperhatikan oleh pelaku e-Commerce.
Lalu bagaimana agar masalah di atas bisa dihindari? Setiap e-Commerce yang berbasis marketplace harus memiliki mekanisme yang jelas dan dapat dipertanggung-jawabkan dengan partner-parner (supplier) mereka. Sedangkan yang memiliki barang sendiri harus memiliki sistem administrasi, logistik dan warehousing yang baik, efektif dan efisien. Proses-proses terkait logistik harus dipersingkat dan dibuat se-simpel mungkin, sehingga jika ada potensi masalah seperti barang yang habis, barang yang salah kode, atau barang yang tidak sesuai dengan tampilan di website bisa langsung diketahui.
Sistem logistik yang efisien juga harus didukung sistem administrasi yang baik. Ingat, kepuasan berbelanja online-lah yang akan membuat pelanggan semakin nyaman dan terbiasa melakukan transaksi di dunia maya. Bonusnya, ketika perusahaan e-Commerce telah memiliki proses logistik dan supply chain yang efektif dan efisien, selain level kepuasan pelanggan meningkat, kesempatan untuksaving juga akan terbuka.***