Di dunia manajemen, dikenal beberapa metode yang digunakan untuk melakukan perbaikan operasional organisasi, salah satunya adalah Lean. Popularitas dan hasil impresif yang telah diraih banyak perusahaan di dunia memancing perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk belajar lean manufacturing secara lebih mendalam dan menerapkannya. Metode ini diadaptasi dan disempurnakan kembali oleh Toyota atau yang lebih dikenal dengan Toyota Production System (TPS).
Question: Siapakah yang pertama kali menerapkan konsep lean di assembly line?
Answer: Pada tahun 1910, muncul sebuah konsep dan pelaksanaan yang cukup popular dalam dunia otomotif yang di terapkan pertama kali oleh Henry Ford, pendiri Ford Motor Company. Konsep tersebut merujuk pada pendekatan assembly line, di mana alat-alat untuk pembuatan model untuk mobil-mobil ford telah digunakan secara “continuous flow”. Dalam penerapannya, konsep ini memang telah berhasil mengurangi biaya produksi pembuatan mobil-mobil ford. Namun, ternyata ditemukan ada beberapa kelemahan dari konsep yang diperkenalkan pertama kali oleh Henry Ford ini.
Implementasi Lean Manufacturing (metode serta tools-nya) dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan perbaikan pada proses dan inovasi di perusahaan, sehingga perusahaan tersebut melakukan apa yang disebut continuous improvement (CI) untuk mencapai operational excellence dan customer intimacy. Tujuan utama lean manufacturing adalah memaksimalkan nilai (value) bagi pelanggan dan meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (waste).
Q: Apa saja waste yang paling umum terjadi di dalam proses bisnis?
A: Karena fokus utama dari Lean adalah menghilangkan waste dalam proses, maka dalam konsepnya terdapat 8 macam waste (aktivitas tanpa nilai tambah dari kacamata pelanggan) yang umumnya terjadi dan harus dihilangkan. 8 Waste tersebut diantaranya:
- Waste Transportasi – waste ini terdiri dari pemindahan atau pengangkutan yang tidak diperlukan seperti penempatan sementara, penumpukan kembali, perpindahan barang
- Waste Kelebihan Persediaan – inventori, stok atau persediaan yang berlebihan
- Waste Gerakan – waste ini berupa waktu yang digunakan untuk mencari, kemudian gerakan yang tidak efisien dan tidak ergonomis
- Waste Menunggu – waste ini termasuk antara lain aktivitas menunggui mesin otomatis, menunggu barang datang dsb
- Waste Kelebihan Produksi – menghasilkan produk melebihi permintaan, ataupun lebih awal dari jadwal
- Waste Proses Berlebih – penambahan proses yang tidak diperlukan bagi barang produk hanya akan menambah biaya produksi
- Waste Defect – kerja ulang tidak ada nilai tambahnya (pelanggan tidak membayar)
- Waste keterampilan – manajemen tidak memanfaatkan kemampuan dan keterampilan staf dengan benar bahkan tidak melibatkan mereka dalam proyek improvement di organisasi
Semua jenis waste ini sering terjadi tanpa disadari, karena telah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan umum, padahal sesungguhnya sangat merugikan, khususnya sering menyebabkan pertambahan biaya operasional (cost) yang seharusnya bisa dihindari. Karena itu, penerapan Lean dapat membantu organisasi memotong biaya yang tidak perlu, sekaligus meningkatkan revenue.
Dalam dunia industri manufaktur, produk yang mendekati sempurna demi memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan adalah sebuah tantangan nyata yang harus dihadapi oleh setiap produsen yang ada. Perbaikan dari waktu ke waktu serta menetapkan standar yang lebih tinggi terus dilakukan oleh berbagai industri manufaktur untuk mencapai kesempurnaan produk / jasa yang tanpa cacat (zero defect). Untuk mencapai kesempurnaan produk yang tanpa cacat ini, manufaktur besar, seperti Toyota telah mengembangkan dan memodifikasi konsep lean manufacturing untuk mengeliminasi pemborosan dalam proses produksinya.
Q: Apakah Lean bisa diterapkan di industri lain selain manufaktur?
A: Walaupun terlahir dari industri manufaktur, konsep Lean ternyata dapat juga diterapkan dalam bidang-bidang berbasis pelayanan. Lean dalam bidang pelayanan menyandang prinsip yang sama, yaitu ‘Perbaikan yang Berkesinambungan’ dan ‘Menghilangan aktifitas non-value-add alias waste. Namun bedanya, prinsip-prinsip ini diterapkan dalam bisnis layanan seperti call center, pelayanan kesehatan, software development, serta jasa profesional lainnya.
Secara konsep, implementasi Lean di industri jasa hampir sama dengan penerapan Lean Enterprise pada industri manufaktur, dan seringkali menggunakan teknik dan ‘alat’ yang sama
Masih banyak yang terjebak dalam mitos dan pemahaman yang salah mengenai Lean. Daftar yang dipaparkan disini bertujuan untuk menekankan pentingnya pemahaman melalui studi dan praktek untuk implementasi Lean yang benar.
Q:Apa saja pemahaman yang salah tentang Lean?
A: Lean bukanlah tentang “perampingan” atau pengurangan jumlah karyawan. Lean adalah tentang memiliki sumber daya yang tepat, di tempat yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dengan kualitas terbaik dan di waktu yang tepat.
Lean bukanlah sekedar kumpulan “perkakas” yang disebut Lean Tools. Lean adalah filosofi yang menghargai setiap orang di dalam organisasi, termasuk pelanggan, pemasok, stakeholder dan karyawan.***
Punya pertanyaan lain yang ingin Anda tanyakan?
Sekarang Anda bisa bertanya apapun seputar Lean, Six Sigma, Kaizen, TPM, OEE ataupun Change Management di Shift Tanya Jawab – Forum diskusi online bagi Anda para penggiat, praktisi dan juga change agent di bidang continuous improvement.
JOIN US NOW!
http://shiftindonesia.com/q/
Siapapun Bisa Tanya Siapapun Bisa Jawab