Di usia 100 tahun, beristirahat dan menikmati kekayaan adalah pilihan yang masuk akal. Tetapi nampaknya ini tidak berlaku bagi Chang Yun Chun, miliarder tertua di dunia saat ini. Pendiri Pacific International Lines (PIL) ini mengaku bahwa tinggal di rumah bukanlah pilihan. Meskipun telah menyerahkan jabatan ketua eksekutif ke putranya, Teo Siong Seng pada awal tahun ini, dirinya bersikeras untuk pergi ke kantor setiap hari.

“Ini kebiasaan saya,” kata Chang kepada CNBC. Chang mengatakan dia mengunjungi kantor pusat perusahaan Singapura setiap hari untuk memimpin operasi dan memeriksa setiap departemen.

Baginya, ini adalah cara menjaga pikirannya tetap aktif dan tetap berhubungan dengan perusahaan yang dia dirikan pada tahun 1967 lalu dengan dua kapal bekas.

Namun rutinitas ini hanyalah sebagian dari kesibukannya, Chang membimbing Teo untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar memimpin perusahaan pelayaran terbaik dunia yang memiliki 18.000 karyawan. Teo mengatakan dia berkonsultasi dengan ayahnya dua kali sehari – sekali di pagi hari dan satu kali setelah makan siang, ini merupakan kesempatannya  meningkatkan wawasan dan mempelajari lebih banyak tentang gaya kepemimpinan sang Ayah.

Lessons in Leadership

Teo mengakui bahwa mentoring yang diberikan Ayahnya terbukti penting, khususnya yang berkaitan dengan mengelola amarah dalam situasi tertekan.

“Ketika saya masih muda, saya lebih pemarah, jadi saya lebih sebagai pemimpin yang tangguh,” kata Teo dikutip SHIFT Indonesia dari CNBC (5/12). “Tapi Ayah saya mengajari saya satu hal, dalam bahasa Cina, itu ‘yi de fu ren’ – itu berarti Anda ingin orang-orang mematuhi Anda, bukan karena otoritas Anda, bukan karena kekuatan Anda, atau karena Anda galak, tetapi lebih karena integritas Anda, kualitas Anda, sehingga orang-orang benar-benar menghormati Anda dan mendengarkan Anda.”

Itu terbukti di tahun 2009 ketika sebagai direktur pelaksana, Teo harus menghadapi kasus pembajakan di salah satu kapal perusahaan oleh perampok di lepas pantai Afrika Timur. Butuh waktu 75 hari dan jumlah yang tidak diketahui untuk akhirnya mengamankan pembebasan awak.

Ya, dalam menjalankan bisnis, apapun itu bentuknya, selalu ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Baik itu masalah teknis, masalah politik, masalah keuangan. Tetapi kita bisa menghadapinya dengan belajar dari pengalaman miliarder Singapura ini, masalah tidak boleh menjadikan pemimpin kehilangan kesabaran. Pemimpin harus membuat semua tetap bekerja sesuai lajur yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki ketenangan dan kesabaran di dalam mentalitas kerja, inilah kunci bahagia dalam menjalankan peran kepemimpinan.