Dalam dunia manufaktur di era modern ini, memastikan proses dan output yang sustainable bukan lagi sebuah pilihan. Hal tersebut telah menjadi bagian dalam strategi bisnis modern bagi seluruh perusahaan yang ingin berkompetisi di pasar global.
Itulah yang dikatakan oleh Giancarlo Losma, presiden Italy’s Federmacchine, dalam pidatonya mengenai bisnis dan produk yang eco-friendly pada konferensi “Fast Forward: Strategies for Solving Manufacturers’ Most Challenging Problems” yang diadakan oleh IndustryWeek dan Italian Trade Comission minggu lalu.
“Sustainability adalah salah satu persyaratan yang fundamental dalam industri manufaktur saat ini,” katanya. “Perubahan iklim dan peningkatan kesadaran publik akan pentingnya menjaga kestabilan ekosistem telah diterjemahkan oleh perusahaan manufaktur global menjadi suatu pendekatan strategis dalam usaha menuju operational excellence.”
Menurut Losma, hal ini merupakan tantangan baru bagi perusahaan manufaktur capital goods (komponen penting yang seringkali terabaikan dalam usaha eco-friendly), yang menentukan kesuksesan pengembangan sustainability di setiap sendi hingga kepada supply chain.
“Sebuah produk dapat dikatakan benar-benar eco-friendly jika mereka memenuhi syarat tertentu dalam keseluruhan life-cycle,” katanya.
Hal itu disebabkan karena sustainability dapat dideteksi mulai dari perancangan dan seleksi material yang akan digunakan, kepada proses manufaktur, hingga proses recycle dan re-use dari material tersebut, untuk menciptakan produk yang sustainable. Untuk memenuhinya, manufaktur harus menilik kembali tools dasar yang selama ini mereka gunakan dan memastikan tools-tools tersebut telah memenuhi standar eco-firendly.
“Pada dasar rantai produksi, capital goods memegang peranan penting bagi hasil akhir produk; menentukan teknologi, performa, dan kemampuan untuk memenuhi standar pelanggan,” katanya. “Karena itulah, mesin berperan penting dalam proses manufaktur dari produk yang sustainable, dalam sistem yang sustainable.”
Dengan demikian, manufaktur capital goods kini menghadapi tiga tantangan dalam mencapai kesuksesan membawa sustainability kedalam supply chain:
- Memproduksi mesin dan produk yang eco-friendly
- Membatasi impact dari produk atau proses terhadap lingkungan sekitar
- Melatih personel yang berspesifikasi tinggi
Menyusun business plan yang sesuai untuk memenuhi ketiga tantangan tersebut akan menjadi kunci menuju peningkatan profit di era sustainability ini. Bukan hanya manufaktur, perusahaan berbasis teknologi informasi (IT) seperti Google, atau retailer e-commerce seperti Amazon-pun kini turut serta dalam membangun bisnis yang eco-friendly.
Sumber: IndustryWeek; Travis Hessman