Berkat keberhasilan implementasi program Lean Six Sigma (LSS), Sime Darby Berhad berhasil melakukan efisiensi sebesar RM 967 juta dalam 5 tahun pada tahun 2017. Program yang diperkenalkan perusahaan sejak tahun 2013 ini merupakan strategi manajemen untuk meningkatkan pendapatan dengan mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas produk melalui pembuangan limbah (waste) dan cacat (defect).
Azman Shah Mohamed Noor adalah sosok di balik kesuksesan implementasi LSS di Sime Darby Berhad. Dia berhasil membawa program LSS ke seluruh divisi perusahaannya. Sebagai Vice President, Head of Operational Excellence, dia mampu membuat seluruh karyawan terlibat dan termotivasi untuk menjalankan seluruh rangkaian proyek perbaikan guna mewujudkan efisiensi.
Ditanya tentang leadership yang dijalankan, penerima penghargaan bergengsi American Society for Quality – The ASQ Edwards medallist ini mengatakan bahwa sangat penting bagi seorang pemimpin untuk menjadi lebih holistik dan tidak hanya melihat keuntungan jangka pendek. “Pemimpin bukan lagi sekedar menciptakan tujuan dan memberikan arah. Ini tentang kemampuan memobilisasi orang untuk bekerja menuju sesuatu yang baik dan berharga untuk diperjuangkan. Bagi kami, ini berarti menciptakan masyarakat yang lebih baik dan meminimalkan kerusakan lingkungan. Ketika ini dilakukan secara konsisten, maka pembangunan berkelanjutan bisa bertahan,” terang Azman.
Menurut Azman, menjadi seorang pemimpin adalah tentang bagaimana menempatkan kebutuhan orang atau karyawan di atas kepentingan kita, juga sejauh mana kemampuan kita melihat peluang yang ada untuk mewujudkan visi perusahaan.
“Ini tentang bagaimana Anda memahami tim dan memberi mereka harapan ketika melalui masa-masa tersulit. Ini tentang bagaimana Anda membentuk aliansi dalam bekerja menuju tujuan bersama. Ini tentang kemampuan Anda menilai dan melihat risiko kemudian bagaimana Anda meredamnya dan pastinya Anda tidak akan menyerah dengan tim Anda,” jelasnya.
Ekosistem Mendukung Keberhasilan Perbaikan
Dalam proyek Lean Six Sigma yang Anda pimpin, mungkin Anda memiliki sumber daya manusia terbaik di bidangnya. Namun, jika Anda gagal menyatukan dan mengelola pengetahuan, kemampuan, dan karakter orang-orang tersebut, maka proyek Anda bisa gagal.
Pengalaman membuktikan bahwa dengan membentuk tim yang sinergis (Green Belt, Black Belt, Champion, Sponsor, dan Anggota tim) dan mampu bekerja efektif bisa lebih penting dibanding penguasaan tentang alat dan metodologi Six Sigma. Dengan kata lain, tim adalah komponen utama yang menentukan keberhasilan suatu proyek atau misi.
“Keberhasilan implementasi LSS di Sime Darby tidak datang dari saya. Itu datang dari seluruh organisasi yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Bagian terpenting dalam mencapai target adalah menciptakan ekosistem yang bisa mendukung proses pencapaian tujuan,” jelas Azman. Sime Darby memiliki program pengembangan pemimpin untuk mendukung program mereka. Mereka mengembangkan konsultan internal (Black Belts) untuk mengimplementasikan rencana aksi dan memobilisasi semua karyawan untuk mendukung setiap proyek yang dilakukan.
Sebagai seorang Master Black Belt yang bertanggungjawab terhadap program perbaikan, Azman mengaku dirinya tidak lagi bisa hanya fokus dengan pendekatan taktis (misal mengirim karyawan mengikuti pelatihan), tetapi juga harus mempertimbangkan pendekatan yang lebih holistik yaitu menggunakan manajemen strategis dan transformasi budaya. “Program perbaikan bukan milik kelompok orang tertentu, tapi milik seluruh populasi secara total. Sehingga, Master Black Belts bertanggungjawab untuk mengarahkan seluruh karyawan untuk menjalankan program perbaikan dengan lebih baik,” jelasnya.
Kepercayaan Pemimpin Adalah Kunci
Sepanjang karier profesionalnya, Azman telah berhasil mendorong implementasi Lean Six Sigma (LSS) dan penyebaran inovasi di berbagai perusahaan besar seperti General Electric, Lufthansa Technik, Petronas Berhad, Maybank, Bandara Malaysia Berhad dan kini di Sime Darby Berhad. Ini tentu menarik ketika kita melihat keberhasilannya membawa LSS ke berbagai industri, yang mana setiap industri memiliki tantangannya masing-masing. Pertanyaannya, industri manakah yang lebih kompleks.
“Setiap industri memiliki tantangan uniknya sendiri tetapi tantangan terbesar dalam mengembangkan program perbaikan bukanlah tentang industri mana yang paling sulit tetapi lebih tentang kepercayaan pemimpin terhadap program tersebut,” kata Azman.
Oleh karena itu, menciptakan dan mengembangkan kesadaran di antara para pemimpin sangatlah penting. “Beberapa pemimpin mungkin meremehkan ukuran organisasi dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan program perbaikan. Beberapa pemimpin hanya melihat investasi dari angka pengembalian tanpa memahami kebutuhan berinvestasi untuk mengembangkan fondasi program. Namun, jika timnya gigih, rintangan apapun bisa dihadapi. Selalu temukan solusi untuk itu!” terangnya.
Berkat kepiawaiannya dalam menjalankan program operational excellence deployment, Azman berhasil mengantarkan Sime Darby memenangkan banyak penghargaan baik tingkat nasional (Permodalan Nasional Berhad’s Innovation and Quality Award, Malaysia) maupun internasional (ASQ International Team Excellence Award – ITEA, AS).
“Saya melihat continuous improvement sebagai cara hidup. Wajar jika Anda ingin memperbaiki situasi Anda menjadi lebih baik secara terus-menerus. Jika Anda merasa selalu benar, itu adalah tempat terakhir Anda, stagnant! Continuous improvement selalu fokus menghilangkan pemborosan (waste). Faktanya, salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi saat ini adalah kita merusak bumi dengan menggunakan terlalu banyak sumber daya. Pada dasarnya, prinsip-prinsip continuous improvement mengajarkan kita untuk meminimalkan bahaya lingkungan dengan menghilangkan pemborosan dalam konsumsi sumber daya,” tutupnya.
Tahun ini Azman Shah Mohamed Noor, Vice President, Head of Operational Excellence Sime Darby Berhad akan hadir sebagai salah satu pembicara di Indonesia Operational Excellence Conference and Award 2018 (OPEXCON18). Sebagai pegiat continuous improvement, Azman telah berhasil mendorong persebaran inovasi dan budaya perbaikan di berbagai perusahaan seperti General Electric, Lufthansa Technik, Petronas Berhad, Maybank, Bandara Malaysia Berhad dan Sime Darby Berhad. Pengetahuan dan pengalamannya tentang business process improvement dan operational excellence tentu akan menjadi insight menarik bagi para pelaku bisnis.
OPEXCON adalah acara tahunan yang diselenggarakan SHIFT Indonesia sebagai wadah bagi para praktisi dan akademisi Continuous Improvement untuk berkumpul, berbagi pengalaman menerapkan metode CI di organisasi masing-masing. Semua pembicara yang hadir dalam OPEXCON adalah mereka yang telah mengarungi perjalanan karier panjang yang berhasil membawa mereka menjadi pemimpin di perusahaan mereka bekerja.